Pada hari Sabtu, 8 Desember 2018 keluarga HIMABA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Hutan) berkesempatan berkunjung ke kediaman Prof. Dr. Ir Suryo Hardiwinoto atau akrab dipanggil Prof Suryo. Beliau merupakan salah satu dosen senior di Fakultas Kehutanan UGM, terutama di departemen Silvikultur. Beliau merupakan dosen dari Laboratorium Silvikultur dan Agroforestry, fokus yang beliau pelajari yaitu mengenai Silvika jenis pohon. Tujuan kami berkunjung ke kediaman beliau tentu saja untuk menjalin silaturahmi antara mahasiswa Silvikultur dengan dosen-dosennya terutama dengan dosen senior yang mana sudah mulai jarang bersua dengan mahasiswanya dikampus.
Sesampainya dirumah Prof Suryo sekitar pukul 16.15, kami langsung disambut dengan kehangatan dan keramahan khas Yogyakrta yang sampai saat ini masih bisa dirasakan. Setelah saling berjabat tagan, saling berbagi kabar dengan di temani harumnnya teh hangat selanjutnya secara tidak sadar obrolan pun saling bertautan. Obrolan-obrolan tersebut mulai mengalir denga sendirinya baik itu bertanya mengenai Tips masuk laboratorium, Profesi di bidang kehutanan, Bekal apa yang perlu di siapkan saat kuliah, dan pertanyaan lainnya saling bersautan di bawah atap rumah yang terasa hangat ini. Dari obrolan-obrolan sederhana inilah harapannya karakter Mahasiswa Kehutanan UGM terutama Silvikulur dapat dibentuk.
Hasil dari berbagi pegalaman dari Prof Suryo terkait Tips masuk laboratorium. Beliau menyarankan untuk kita mencari tahu terlebih dahulu tentang labratorium-laboratorium yang ada di minat Silvikultur berdasarkan modal hampir 100 sks sebelumnya. Karena untuk bisa suka dan ingin untuk mendalami salah satu laboratorium kuncinya diawali dengan mengetahui terlebih dahulu, dari rasa tahu tersebut nantinya muncul kesenangan tersendiri. Beliau juga menyarankan baiknya maksimal semester 6 sudah bisa menentukan mau berseni di laboratorium mana nantinya. Bahasan selanjutanya terkait profesi dibidang kehutanan, berhubung beliau dosen jadi obrolan ini diawali dengan muara dari sector tenaga pendidik yaitu dosen. Beliau sempat bercerita tentang pengalaman kuliahnya semasa S2 dan S3 di Jepang, terkait beasiswa yang beliau terima dan alsannya mengapa ingin menjadi dosen. Dari obrolan ternyata beliau awalnya tidak berkeinginan menjadi seorang dosen melainkan menjadi pegawai Perhutani yang mana pada masa beliau masih menjadi primadona. Tapi berhubung pada saat itu beliau merupakan salah satu lulusan tercepat diangkatannya dan langsung ditawari beasiswa lanjut di Jepang, maka peluang itu tetap beliau ambil. Hal ini di dorong juga dengan background keluarganya yang kebanyakan merupakan tenaga pendidik. Selanjutnya beliau menekan lagi bahwa profesi setiap orang nantinya belum bisa dipastikan dengan pasti, tetapi beliau menekankan untuk mengambil setiap peluang yang ada dan tetap membuat rencana utnuk kedepannya. Bahasan lain dari obrolan sore itu yaitu terkait bekal yang harus disiapkan oleh seorang mahasiswa, disini beliau menekankan untuk mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam hal organisasi dan kegiatan yang ada di dunia perkuliahan selagi itu positif, tetapi juga tetap jangan melupakan kewajiban menjadi seorag mahasiswa yaitu IPK. Karena nantinya dalam dunia kerja hal-hal tersebut akan saling melengkapi. Masukan terahir dari beliau yang saya ingat yaitu “anda boleh bangga dengan UGM, tapi jangan sampai kebanggan tersebut membuat anda lupa tugas seorang mahasiswa untuk tetap membanggakan nama baik universitasnya dengan memanfaatkan waktu saat kuliah dengan hal-hal yang positif serta bermanfaat”.