Derevonia: Langkah Awal dari Kabinet HIMABA 2023


Derevonia dapat diartikan sebagai Pohon yang merupakan Pionir karena di kehidupan ini, kita membutuhkan oksigen yang diciptakan oleh pohon. Logo derevonia melambangkan harapan dan tujuan yang ingin dicapai, dimana

1) Pohon melambangkan tingkatan pertumbuhan tahap akhir yang memiliki naungan besar dengan harapan Himaba dapat menaungi mahasiswa silvikultur dan dapat berdiri dengan kokoh;

2) Kemudian horizon melambangkan lapisan  yang sejajar dengan permukaan tanah dengan sifat dan karakteristik yang beragam sebagaimana Himaba dengan banyak pemikiran namun tetap dapat bersatu padu; read more

Baca Selengkapnya

Gambut di Indonesia dan Vegetasi Didalamnya

Sumber gambar: www.pengertianilmu.com

Gambut di Indonesia dan Vegetasi Didalamnya

“Peran lahan gambut terhadap penyimpanan  karbon di ekosistem menjadi dasar bahwa lahan gambut merupakan ekosistem vital bagi  mahluk hidup, sehingga  perlakuan terhadap lahan gambut haruslah dilakukan secara arif. ”

Lahan gambut merupakan  tanah hasil penumpukan bahan organik melalui produksi biomassa hutan hujan tropis. Kementerian Pertanian mendefinisikan ‘gambut’ sebagai tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi lebih besar dari 65% yang terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di atasnya yang proses dekomposisinya terhambat suasana anaerob dan basah. Lahan gambut merupakan suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada kawasan yang sebagian besar terbentuk oleh sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama. Oleh karena itu gambut adalah sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama. read more

Baca Selengkapnya

Konservasi Biodiversitas Pandan Laut dan Penyu sebagai Bentuk Pelestarian Ekosistem Ekoton Pantai yang Berkelanjutan

Sumber gambar: Canva.com

Konservasi Biodiversitas Pandan Laut dan Penyu sebagai Bentuk Pelestarian Ekosistem Ekoton Pantai yang Berkelanjutan

Ekosistem didefinisikan sebagai interaksi antara komponen yang satu dengan yang lain. Untuk memahami interaksi antara komponen yang satu dengan yang lain, maka perlu memperhatikan bagaimana tumbuhan (komponen biotik) memerlukan komponen abiotik, seperti tanah, air, atau cahaya untuk tumbuh. Perhatikan bagaimana hewan pemakan tumbuhan tersebut menjadi sumber makanan hewan pemakan daging, hewan atau tumbuhan yang telah mati juga mengalami penguraian oleh komponen-komponen biotik yang kemudian bermanfaat bagi tanah. Tanah tersebut bermanfaat bagi pertumbuhan tumbuhan hingga menghasilkan sumber pangan manusia dan hewan. Ekosistem memiliki ciri khas ketergantungan terhadap dua komponen atau lebih, seperti penjelasan diatas yakni ketergantungan komponen biotik dengan abiotik serta biotik antar biotik dengan rantai makanannya (Latumahina, F., Mardiatmoko, G., dan Sahusilawane, J., 2019). Ekosistem diklasifikasikan berdasarkan tempat pembentuk (ekosistem perairan pantai, air tawar, hutan tropis, dan lain-lain). Berdasarkan proses, terdapat ekosistem alami tanpa bantuan manusia dan ekosistem buatan seperti lingkungan konservasi. read more

Baca Selengkapnya

Manfaat Rehabilitasi Kawasan Pantai Berpasir

Kawasan pantai berpasir merupakan salah satu penyusun wilayah pesisir yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir berupa pasir hitam, abu-abu, atau putih (Sugiarto & Ekariyono, 1996). Kawasan pantai berpasir memiliki potensi dalam mendukung kehidupan masyarakat sekitar seperti wisata alam, tambang, perikanan, dan pertanian. Namun, potensi tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu penyebabnya yaitu hambatan karakteristik lahan yang tergolong marginal (Sumardi, 2009). read more

Baca Selengkapnya

Rekayasa Silvikultur dalam Rehabilitasi di Wilayah Pantai Berpasir

Indonesia sebagai negara kepulauan terluas di dunia memiliki banyak wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan lautan. Pertemuan antara dua jenis wilayah tersebut disebut dengan garis pantai (Sudarsono, 2011). Pantai adalah suatu wilayah yang meluas dari  titik terendah air laut ketika surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang yang biasa didominasi oleh pasir (Sutikno, 1993 dalam Opa, 2011). Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2019), Indonesia menduduki peringkat kedua negara dengan garis pantai terpanjang di dunia sepanjang 95.181 km. Luasnya wilayah pantai berpasir Indonesia membuat kawasan tersebut penting untuk diperhatikan karena menyimpan potensi yang besar. Namun demikian, wilayah pantai berpasir yang terbentuk dari tanah mineral muda apabila tidak segera dikelola dapat menyebabkan kerusakan permanen sehingga semakin rentan terhadap ancaman bencana alam (Harjadi dan Miardi, 2013). Selain itu, kawasan tersebut termasuk lahan marginal yang sukar diolah dan dimanfaatkan. Kegiatan untuk memulihkan kondisi dan daya dukung lahan pada kawasan pesisir diperlukan agar dapat mengurangi kerusakan akibat bencana alam, menjaga kelestarian lingkungan, serta meningkatkan produktivitas lahan. read more

Baca Selengkapnya

Kendala Rehabilitasi Wilayah Pantai Berpasir

Kawasan pantai berpasir merupakan salah satu penyusun wilayah pesisir yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir berupa pasir hitam, abu-abu, atau putih (Sugiarto dan Ekariyono, 1996). Wilayah pantai berpasir termasuk dalam lahan marginal dan telah diupayakan untuk direhabilitasi. Namun upaya tersebut seringkali menemui berbagai kendala akibat kondisi lahan yang cukup ekstrim seperti:

  1. Kendala kondisi biofisik lahan

          Rendahnya kadar lengas dan ketersediaan air tawar

Sifat  tanah pasiran sangat berpengaruh pada status dan distribusi air sehingga berpengaruh pada sistem perakaran (Oliver  dan  Smettem, 2002). Dalam kaitannya dengan menyimpan air, tanah pasiran mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah karena didominasi oleh pori-pori makro. Oleh karena itu, air yang jatuh ke tanah akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi. Ketersediaan air tawar bergantung pada frekuensi dan volume air sistem sungai atau irigasi dari darat serta tingkat evaporasi ke atmosfer. Bila suplai air tawar tidak tersedia, hal ini akan menyebabkan kadar garam tanah dan air mencapai kondisi ekstrim sehingga mengancam kelangsungan hidup tanaman (Dahuri, 2003). read more

Baca Selengkapnya

Rekayasa Silvikultur Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Sumber: BP2LHK, 2019

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas pertambangan di Indonesia tentunya memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pertambangan yang menimbulkan terbentuknya lahan bekas tambang yang mengalami kerusakan baik kerusakan dalam aspek fisik maupun kimia. Menurut Hirfan (2016), secara fisik lahan telah mengalami kerusakan karena kedalaman efektif tanah menjadi dangkal. Selain itu di area bekas tambang juga terdapat berbagai lapisan yang menghambat pertumbuhan tanaman, contohnya yaitu pasir, kerikil, serta lapisan sisa-sisa tailing (Hirfan, 2016). Pada kondisi yang parah, dapat terlihat lapisan cadas dan bentuk permukaan tanah bekas tambang umumnya sangat ekstrim karena perbedaan kemiringan tanah yang sangat menonjol pada jarak pendek (Hirfan, 2016). Sementara itu, dilihat dari aspek kimianya, unsur hara tanah pada lahan bekas tambang telah hilang sehingga lahan tidak dapat lagi memberikan dukungan terhadap penyediaan unsur hara bagi tanaman (Hirfan, 2016). read more

Baca Selengkapnya

Kunjungan Instansi 2021 – “Balai Perbenihan Kehutanan”

Pada hari Senin tanggal 5 April 2021, Himpunan Mahasiswa Budidaya Hutan (HIMABA) melakukan kunjungan instansi ke Persemaian Balai Perbenihan Kehutanan (BHH) di Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kunjungan ini juga melibatkan mahasiswa Silvikultur 2020 dan perwakilan HMM/BSO. Tujuan dari kunjungan instansi adalah memberikan pengetahuan tentang rehabilitasi dan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh instansi terkait. Kunjungan Instansi 2021 mengusung tema “The Spirit of Silviculture to Build Sustainable Forest”, diharapkan silvikulturis dan peserta lainnya bersemangat dalam mencari ilmu sehingga dapat diimplementasikan dengan baik untuk membangun hutan yang lestari. read more

Baca Selengkapnya