Fakta Seputar Forester in Action: Mangrove Bagi Muara Kali Progo

Muara Kali Progo: Alasan pemilihan lokasi

Penanaman mangrove dilakukan di Muara Kali Progo, Desa Banaran, Kulon Progo. Lokasi ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan utama, yaitu minimnya konflik pemanfaatan lahan, dukungan ekologis, dan potensi manfaat bagi masyarakat sekitar.

  1. Minim Konflik Pemanfaatan Lahan

Lokasi penanaman berada di area muara yang dilalui oleh Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang sedang dalam tahap pembangunan. Kawasan di sekitar proyek pembangunan ini relatif kosong dan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan lain, sehingga meminimalkan potensi konflik penggunaan lahan. Kondisi ini sangat ideal untuk penanaman mangrove jangka panjang yang memerlukan area stabil dan bebas dari intervensi pembangunan non-ekologis. read more

Baca Selengkapnya

Implikasi Pertambangan terhadap Praktik Silvikultur dan Rehabilitasi Hutan di Raja Ampat

Indonesia memiliki kekayaan alam dengan nilai tinggi yang berpotensi besar dalam pengembangan pariwisata, terutama di sektor ekowisata. Jenis wisata ini kini semakin diminati karena menekankan pada aspek pelestarian lingkungan, edukasi lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, serta penghormatan terhadap budaya setempat (Nugroho dan Negara, 2015). Salah satu destinasi wisata yang terkenal hingga ke mancanegara yaitu Raja Ampat, menurut Parinusa dkk., (2019) menyatakan bahwa Raja Ampat terdapat taman laut terbesar di Indonesia, memiliki keanekaragaman biota laut yang tinggi sehingga dikenal sebagai lokasi selam scuba yang eksotis. Raja  Ampat  dikenali  dengan  keindahan  laut  dan  pemandangannya.  Pulau  ini  diakui sebagai  rumah  bagi  keanekaragaman  hayati  terumbu  karang terbesar  di  dunia.  Dengan  lebih dari  550  varietas  karang  yang  berbeda,  700  jenis  moluska,  dan  1.427  spesies  ikan  yang berbeda,  wilayah  ini  merupakan  pusat  keanekaragaman  hayati  laut  yang  signifikan.  75%  dari  seluruh  spesies  karang  yang  diketahui  dapat  ditemukan  di  perairan sekitar Kepulauan Raja Ampat, yang merupakan rumah bagi beberapa spesies paling beragam di dunia (Oscar dan Yusmar, 2025) read more

Baca Selengkapnya

Optimalisasi Silvikultur Intensif, Kuatkan Mangrove sebagai Penjaga Iklim

Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan global yang memerlukan upaya mitigasi dari berbagai sektor. Permasalahan ini cukup menarik perhatian masyarakat umum untuk ikut berpartisipasi dan menyuarakan dampak dari perubahan iklim. Terjadinya perubahan iklim memberikan dampak serius yang nyata terhadap kenaikan permukaan air laut, terganggunya ekosistem, serta penurunan dan hilangnya keanekaragaman hayati. Dalam mitigasi perubahan iklim, khususnya pada lahan basah seperti mangrove, perlu untuk dilakukan karena perannya yang penting dalam menyerap karbon (D. Were et al., 2019; Baharizki et al., 2024). Menurut Imburi et al. (2024) dalam Ramadhan & Sofyana (2025), kawasan mangrove mampu menyerap karbon hingga lima kali lebih banyak dibandingkan hutan terestrial. read more

Baca Selengkapnya

Fenomena Hujan Es di Jogja: Dampak Perubahan Iklim

Sumber: Espos.id

Pada tanggal 11 Februari 2025, wilayah Yogyakarta dikejutkan oleh fenomena hujan es yang cukup signifikan. Kejadian ini, meskipun tidak sepenuhnya asing, menimbulkan pertanyaan mengenai frekuensi dan intensitasnya yang mungkin dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Hujan es terbentuk dalam awan cumulonimbus yang memiliki arus udara naik (updraft) yang kuat, mampu menahan partikel air di lapisan atmosfer yang sangat dingin hingga membeku menjadi es dengan berbagai ukuran sebelum akhirnya jatuh ke permukaan bumi (Wallace & Hobbs, 2006). Perubahan iklim, yang salah satu pemicunya adalah deforestasi atau kerusakan hutan, dapat memengaruhi pola cuaca ekstrem seperti ini. Hutan memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan hidrologis dan termal suatu wilayah. Kerusakan hutan mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca utama penyebab pemanasan global, serta mengganggu siklus air yang berpotensi meningkatkan instabilitas atmosfer dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem (IPCC, 2021). read more

Baca Selengkapnya

Persemaian dan Urgensinya

Apasih Persemaian Itu?

Persemaian merupakan areal yang sengaja dibangun untuk memproduksi bibit sehingga dapat menghasilkan semai dengan mutu baik, siap ditanam di lapangan, dan nantinya dapat meningkatkan keberhasilan tanam. Mulai dari persemaian inilah kita dapat memberikan berbagai perlakuan pada benih sehingga dapat menjadi bibit dengan adaptabilitas tinggi di lapangan.

Dalam persiapan bahan pertanaman, persemaian dibuat untuk:

  • Mendapatkan bibit siap tanam dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan penanaman.
  • Mendapatkan bibit dengan pertumbuhan baik dan sehat melalui tahapan seleksi.
  • Menjamin ketersediaan bibit pada waktu yang tepat sehingga dapat mendukung rencana penanaman.

Nahh setelah mengetahui pengertian dan tujuan persemaian, dalam bangunannya persemaian terbagi menjadi persemaian sementara dan persemaian permanen. read more

Baca Selengkapnya

KARIB 2025 Ruang Kolaboratif: Sinergi Silvikulturis dalam Membangun Koneksi dan Kreativitas

Keakraban Rimbawan atau yang biasanya disebut KARIB adalah salah satu program kerja dari Komisi Jaringan dan Kerjasama Himpunan Mahasiswa Budidaya Hutan (HIMABA). Tahun ini KARIB menggandeng Tree Grower Community (TGC) dari Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 April 2025. HIMABA dan TGC merupakan dua organisasi mahasiswa yang memiliki fokus pada bidang silvikultur. Sebagai bagian dari civitas akademik yang aktif di bidang kehutanan, keduanya memiliki peran penting dalam mengembangkan kapasitas anggotanya melalui berbagai program berbasis keilmuan, keterampilan, dan kepemimpinan. Tema yang diangkat pada program kerja ini adalah Ruang Kolaboratif: Sinergi Silvikulturis dalam Membangun Koneksi dan Kreativitas. KARIB dilaksanakan dengan berbagai rangkaian acara. read more

Baca Selengkapnya

Restorasi Lahan Karst

Sumber : depositphotos.com

Lahan karst memiliki keunikan tersendiri, terutama karena tersusun dari batuan gamping (CaCO₃) yang mudah larut. Pembentukan lahan ini disebabkan oleh proses pelarutan kimiawi antara air hujan yang bersifat asam dan karbon dioksida (CO₂) di atmosfer, membentuk asam karbonat (H₂CO₃) yang melarutkan batuan kapur secara bertahap. Pelarutan yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu lama membentuk bentang alam khas baik di permukaan (eksokarst) maupun di bawah permukaan (endokarst). Akibat proses  pelarutan  akan  terbentuk  lorong-lorong  secara  vertikal dan horizontal dengan  berbagai  variasi  ukuran dan bentuk  yang  saling  terhubung,disebut sebagai   sistem   perguaan   (cave   system) atau drainase   bawah   tanah (Nugroho et al., 2020) read more

Baca Selengkapnya

Mengenal Karbon Organik Tanah

Karbon organik tanah merupakan komponen penting dalam struktur dan fungsi tanah. Karbon organik ini terbentuk dari residu tanaman, hewan, dan mikroorganisme, serta dapat berubah menjadi berbagai fraksi karbon yang berbeda dalam waktu yang beragam, mulai dari karbon labil yang terbentuk dalam waktu singkat hingga karbon stabil yang memerlukan waktu lama untuk terbentuk (Prasetya et al., 2022). Karbon organik tanah dapat memperbaiki  struktur tanah, meningkatkan kapasitas tanah untuk menahan air, dan mendukung aktivitas biologi tanah yang esensial bagi pertumbuhan tanaman sehingga keberadaannya merupakan komponen yang penting. Selain itu, karbon organik juga berperan dalam siklus karbon global, di mana tanah berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon, sehingga penting dalam konteks perubahan iklim (Siringoringo, 2014). read more

Baca Selengkapnya

Efektivitas Pohon Asam dan Tabebuya sebagai Tanaman Jalur Hijau Jalan Affandi

Memanasnya Kota Yogyakarta disebabkan tingginya gas emisi (komponen gas-gas dan senyawa buangan yang dibuang di udara bebas) yang lepas di udara. Transportasi merupakan penyumbang utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Emisi timbal dan karbon monoksida (CO) di daerah perkotaan sebagian besar berasal dari daerah lalu lintas yang padat.  Oleh karena itu, diperlukan peningkatan  kualitas  dan  kuantitas  ruang  terbuka  hijau.  Salah  satu  bentuk  ruang terbuka hijau yang diperlukan adalah koridor jalan yang berupa jalur hijau. read more

Baca Selengkapnya

AGROFORESTRI SAWIT JADI SOLUSI ATAU HANYA ILUSI?

Sumber: jangkabenah.org

Perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia terus berkembang sangat pesat. Dari 14,03 juta hektar luas tanaman sawit di Indonesia, sekitar 2,5 juta ha terindikasi berada dalam kawasan hutan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan luas areal perkebunan, peningkatan total produksi dan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat tahun 2022 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai seluas 15.34 juta hektare  (BPS, 2022).  Kelapa sawit mampu meningkatkan perekonomian rumah tangga dan perekonomian daerah, sehingga menarik perhatian masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkannya. Adanya  peningkatan  permintaan  dunia  akan  minyak  kelapa  sawit  menyebabkan maraknya pembukaan perkebunan kelapa sawit baru di hutan Indonesia. read more

Baca Selengkapnya