Sumber : https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article-pdf/Cover1.pdf
Sengon (Falcataria moluccana L. Nielsen) merupakan spesies tanaman berkayu yang banyak ditanam oleh masyarakat karena merupakan tanaman fast growing species. Tanaman fast growing species adalah tanaman yang dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif singkat. Selain itu sengon memiliki nilai ekonomi tinggi karena kayunya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan baku batang korek api dan pensil, bahan bangunan atau mebel, kayu lapis (plywood), papan partikel (participle board), atau papan serat (fiber board), dan bahan baku pulp atau kertas, serta dapat digunakan sebagai kayu bakar untuk keperluan rumah tangga. Tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, perakaran sengon juga dapat meningkatkan kesuburan tanah karena sistem perakaran sengon memiliki nodul-nodul akar yang dapat mengikat nitrogen dari udara (Corryanti dan Novianti, 2015).
Karat tumor merupakan penyakit yang secara masif menyerang sengon dan menarik perhatian petani sengon karena menimbulkan kerugian yang cukup besar. Corryanti dan Novianti (2015) menyatakan bahwa serangan karat tumor dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian tanaman hingga 90%. Penyakit karat tumor pada sengon disebabkan oleh jamur Uromycladium falcatarium dan merupakan parasit obligat yang hanya mampu hidup dan menyelesaikan siklus hidupnya pada tanaman inang yang masih hidup. Jamur karat tumor dapat menyerang pada berbagai tingkat hidup pohon dan menginfeksi semua bagian tanaman. Namun pada semai sengon, batang merupakan bagian tanaman yang paling rentan terhadap serangan jamur karat tumor. Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi pada semai muda yaitu daun mengeriting, melengkung, daunnya mudah rontok dan kaku. Pada tahap lanjut serangan karat tumor akan mengakibatkan pembengkakan pada bagian tanaman seperti pada ranting, cabang, pucuk, tangkai daun, bahkan helaian daun yang umumnya disebut gall. Sewaktu muda gall akan berwarna hijau kemudian berubah menjadi coklat ketika spora sudah matang. Warna coklat tersebut merupakan tanda berupa spora dari jamur Uromycladium falcatarium yang sudah siap diterbangkan untuk menginfeksi tanaman lain di sekitarnya. Penyebaran spora dapat melalui angin, air, maupun serangga (Triyogo dan Widyastuti, 2012).
Pencegahan terhadap serangan karat tumor dapat dilakukan melalui pembuatan sistem tanaman campur untuk mengurangi resiko serangan karat tumor, meminimalkan nauangan karena karat tumor cenderung lebih cepat berkembang pada tanaman sengon yang ternaung dibandingkan dengan pertanaman yang terbuka. Corryanti dan Novianti (2015) menyatakan adanya radiasi sinar ultraviolet selama 5 jam berturut-turut, dapat menghambat perkecambahan teliospora jamur karat. Selain itu juga dapat dilakukan langkah pencegahan dengan menanam bibit sengon yang telah melalui proses pemuliaan sehingga akan lebih tahan apabila terserang penyakit. Keberadaan karat tumor juga berkorelasi dengan faktor lingkungan yaitu kabut. Sengon yang ditanam pada lingkungan yang cenderung berkabut akan meningkatkan potensi terserang penyakit karat tumor. Pengendalian penyakit karat tumor dapat dilakukan melalui berbagai cara. Secara mekanis dapat dilakukan prunning terhadap bagian tanaman yang bergejala. Apabila gall sudah berkembang dan matang maka dapat dilakukan eradikasi atau pemusnahan tanaman secara total dan mengganti dengan yang baru. Pada serangan karat tumor yang terjadi di persemaian, sebaiknya semai yang bergejala segera dipisahkan dari tanaman yang sehat (Corryanti dan Novianti, 2015). Sedangkan secara kemis dapat digunakan fungisida secara terkontrol.
Penulis : Clarita Lucyana Rosisca
DAFTAR PUSTAKA
Corryanti dan Novianti, D. 2015. Sengon dan Penyakit Karat Tumor. Puslitbang Perum Perhutani. Cepu.
Triyogo, A dan Widyastuti, S. M. 2012. Peran Serangga sebagai Vektor Penyakit Karat Puru pada Sengon (Albizia falcataria L. Fosberg). J. Agron. Indonesia. 40 (1) : 77 – 82.