Agroforestri Jagung dan Kedelai Hitam di Gunungkidul

c.mi.com/thread-393104-1-0.html

Gambar 1. Agroforestry Kayu Putih

Persoalan terkait agroforestri menjadi topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Sering menjadi pertanyaan apakah agroforestri telah menerapkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial serta keterbatasan lahan dan alih fungsi lahan yang sangat merugikan bagi lingkungan. Lahan yang terbatas di Gunungkidul menjadi tantangan tersendiri bagi pesanggem yang harus memanfaatkan keterbatasan lahan seoptimal mungkin. Masalah keterbatasan lahan ini dapat diselesaikan salah satunya dengan agroforestri. Sistem agroforestri kayu putih di Gunung kidul mengkombinasikan tegakan kayu putih dengan komoditi pertanian berupa jagung dan kedelai hitam. Menurut Nasution (2004) jagung dan kedelai termasuk tanaman pokok dalam menyangga ketahanan pangan nasional, sehingga harus dioptimalkan dalam produksinya (Elonard, 2015)

Sistem agroforestri kayu putih dan tanaman semusim (jagung dan kedelai) di Gunungkidul menerapkan pola pertanaman lorong atau alley cropping. Pola lorong atau alley cropping menjadi dasar yang menitikberatkan pada hutan kayu putih. Sistem berbagi sumberdaya (resources sharing) perlu disoroti mengingat terdapat komponen tanaman kayu dan tanaman semusim yang menyusun sistem didalamnya. Basis sistem agroforestri terletak pada kompetisi sumberdaya, sehingga desain yang tepat perlu disertakan didalamnya dengan tujuan pengelolaan secara bersamaan antara produksi dan konservasi (Suryanto et al., 2005).

Para pesanggem memilih tanaman pertanian berupa jagung dan kedelai dengan tujuan untuk mengurangi sistem monokultur yang ada di lapangan dan untuk meningkatkan taraf ekonomi karena prospek jagung dan kedelai yang tinggi di masyarakat. Jagung sendiri memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari kedelai, sistem yang sering dianut adalah sistem tanam legowo 2:1 yang artinya 2 baring tanaman jagung dirapatkan, kemudian di sela tanaman jagung ditanami tanaman kedelai. Hal ini membuat jagung lebih produktif karena pengaruh adanya tanaman pinggir (Litbang, 2015).

Penulis : Nanda Putra  R

DAFTAR PUSTAKA:

Jurnal:

Elonard, Ardian. 2015. Optimasi Jagung dan Kedelai Hitam dengan Sistem

Agroforestri Kayu Putih di Gunung Kidul. Agrivet. 19: 7-12.

Hairiah, K., Utami, S.R., Verbist, B., Noordwijk, M.v., Sardjono, M.A. 2003.

Prospek Penelitian dan Pengembangan Agroforestri di Indonesia. World Agroforestry  Centre (ICRAF). Bogor.

Suryanto, P., Tohari, Sabarnurdin. S.M. 2005. Dinamika Sistem Berbagi

Sumberdaya (Resources Sharing) dalam Agroforestri: Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur. Ilmu Pertanian. Vol. 12 No.2: 165–178.

Website:

Litbang.pertanian.go.id (2015, 22 Juni. Tumpangsari Jagung dengan Kedelai dalam Sistem Tanam Legowo. Diakses pada 24 Februari 2020, dari http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2287/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.