Etiolasi pada Semai Dictyoneura acuminata Blume

Sumber : journal.ipb.ac.id

Gambar 1. a. Foto Etiolasi di tempat gelap; b. Daun dan buah Dictyoneura acuminate Blume

Dictyoneura acuminata Blume adalah salah satu spesies dari Sapindaceae yang berasal dari Kalimantan (Sabah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), Filipina, Sulawesi, Maluku, dan Papua Nungini. Secara ekonomi, D.acuminatais biasanya digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki daun dan bunga yang menarik, Ketinggian D.acuminata seedling dipengaruhi oleh cahaya. Bibit bisa tumbuh lebih tinggi ketika intensitas cahaya menurun, proses yang disebut etiolasi (Wardani et al., 2016).

Etiolasi adalah proses pemanjangan sel akibat produksi auksin yang terus-menerus. Produksi auksin dapat terhambat oleh adanya cahaya (Bunyamin dan Aqil 2010; Alridiwirsah et al., 2015). Beberapa ciri-ciri yang dapat menandakan bahwa suatu tanaman mengalami etiolasi diantaranya, batang tanaman tersebut terlihat lebih panjang akibat kandungan air yang melimpah dalam tanaman tersebut, batang tidak kokoh, tanaman terlihat lemah dan berwarna pucat, memiliki daun yang kecil-kecil dan tipis, serta memiliki akar yang kurang lebat (Wardani et al., 2016).

Pada tubuh tanaman terdapat hormon auksin yang berperan penting bagi pertumbuhan tanaman terdapat pada ujung batang, akar, serta pembentukan bunga. Fungsi hormon auksin untuk membantu mempercepat proses pertumbuhan tanaman, baik itu pertumbuhan akar maupun batang tanaman, membantu mempercepat proses perkecambahan, proses pembelahan sel, pemasakan buah, serta membantu mengurangi jumlah biji dalam buah. Hormon auksin memiliki sifat yang peka terhadap cahaya.  Artinya, ketika terkena paparan sinar matahari, kinerja hormon ini bisa mengalami hambatan, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Sedangkan ketika tidak ada sinar matahari hormon auksin akan bekerja dengan aktif, hormon tersebut akan merangsang pompa proton yang terdapat pada dinding sel guna meningkatkan keasaman dinding sel serta mengaktifkan enzim ekspansin, yaitu enzim yang memecah ikatan kimia di dinding sel, sehingga dinding sel melemah dan sel mampu berkembang menjadi lebih besar (Nemhauser et al., 2004)

Penulis : Akbar

Sumber :

Bunyamin, Z., M. Aqil. 2010. Analisis iklim mikro tanaman jagung (Zea mays L. pada sistem tanaman sisip. Hal. 294- 300. Dalam Prosiding Pekan Serealia Nasional. 2010.

Wardani F., Fitri, and Dian L. 2016. Perkecambahan Biji Dictyoneura Acuminata Blume. pada Cahaya Merah dan Merah Jauh. Jurnal Hortikultura Indonesia. https://doi.org/10.29244/jhi.7.1.49-55.

Nemhauser, Jennifer L., Todd C. Mockler, and Joanne Chory. 2004. Interdependency of Brassinosteroid and Auxin Signaling in Arabidopsis. PLoS Biology. https://doi.org/10.1371/journal.pbio.0020258.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.