Mengenal Busuk Akar dan Pengendaliannya

himaba.fkt.ugm.ac.id

Gambar 1. Busuk akar merah

Penyakit busuk akar adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan karena adanya miselium yang menempel pada akar yang terlihat berwarna merah sampai hitam. Patogen dari penyakit ini adalah jamur akar merah; Ganoderma sp. Jamur ini biasa menyerang pada tanaman kehutanan seperti akasia dan sengon. Gejala yang teramati yakni daun-daun menjadi pucat, layu, merana, dan akhirnya mati selain itu akar mengandung banyak air dan membusuk. Umumnya bentuk tubuh buah dari jamur tersebut berbentuk kipas tebal, berwarna coklat tua dengan tepi berwarna putih, dan erbentuk pada pangkal batang (Widyastuti, dkk., 2005).

Fungi akar merah umumnya terdapat pada tanah yang basah, jamur akar merah dapat bertahan hidup pada sisa-sisa akar yang sakit, pada tonggak-tonggak kayu dalam tanah. Penularan patogen hanya dapat berlangsung apabila terjadi kontak langsung antara akar yang sehat dengan akar yang terserang patogen. Gejala awal yang ditunjukkan dari serangan awal patogen jamur akar merah adalah akar yang diselimuti miselium berwarna putih (rhizhomorf) yang kemudian berubah menjadi merah tua dan dapat berubah menjadi kecoklatan atau hitam jika sudah tua. Perubahan warna rhizomorf disebabkan oleh kondisi lingkungan, kondisi tanaman inang, dan kondisi tanah. Warna merah pada rhizomorf akan tampak jelas ketika kondisi akar dalam keadaan basah, dan pada saat kondisi kering warna merah kurang terlihat jelas. Bagian dalam akar yang terselimuti rhizomorf  merah terdapat miselium berwarna putih krem atau putih kotor (Semangun, 1988).

Pengendalian terhadap penyakit busuk akar merah dapat dilakukan secara mekanis, khemis an biologis. Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil langsung jamur penyebab, namun jika dirasa sudah parah maka perlu dilakukan eradikasi. Pengendalian secara khemisapat dilakukan dengan pemberian fungisida, namun tidak disarankan karena kurang ramah lingkungan. Pengendalian secara biologis merupakan alternatif yang dianjurkan. Pengendalian ini dilakukan dengan pemanfaatan agen hayati seperti jamur, virus, atau bakteri.  Agen hayati ini merupakan organisme yang berperan sebagai musuh alami dari pathogen sehingga tidak menyerang tanaman tetapi hanya menyerang patogennya saja. Pada patogen Ganoderma sp. digunakan Trichoderma sp. sebagai jamur antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses mikroparasitisme, antibiosis, dan kompetisi (Rifai, et. al., 1996).

Penulis: Deva T. W.

Daftar Pustaka

Rifai, M., Mujim S., Aeny T.N..1996. Pengaruh Lama Investasi Trichoderma viride Terhadap Intensitas Serangan Phytium sp. pada Kedelai. Jurnal Penelitian Pertama. 7: 20-25.

Semangun, H. 1988. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widyastuti, SM., umardi, dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.