Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), Dipterocarpus littoralis atau biasa disebut pelahlar merupakan jenis pohon yang memiliki status konservasi kritis (Critically Endangered) dan termasuk dalam daftar nasional spesies prioritas untuk tindakan konservasi di Indonesia tahun 2008-2018 (Robiansyah dan Davy, 2015). Pelahlar merupakan anggota dari famili Dipterocarpaceae dan merupakan jenis endemik yang tumbuh di pulau Nusakambangan, Jawa Tengah, Indonesia (Ashton, 1982 dalam Dwiyanti dkk., 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robiansyah dan Davy tahun 2015 di Cagar Alam Nusakambangan Barat, terdapat 676 individu Dipterocarpus littoralis ditemukan di 52 lokasi dengan tingkat keberadaan 3,66 km² dan menempati area seluas 1,71 km².
Pelahlar ditemukan di daerah dengan kemiringan 0°-40° dan ketinggian 10–108 m. Keberadaan pelahlar diasosiasikan dengan tutupan serta ketebalan seresah yang tinggi, lokasi yang terjal, rendah, dan menghadap ke utara. Sudut elevasi yang rendah dan lereng yang curam merupakan kondisi umum sepanjang aliran sungai yang ada di cagar alam, sehingga banyak pelahlar yang dijumpai. Ketersediaan air mungkin juga menjadi salah satu penentu dari terdapatnya pelahlar di dekat aliran sungai (Robiansyah dan Davy, 2015).
Terdapat beberapa hal yang mengancam keberadaan Dipterocarpus littoralis. Ancaman utamanya yaitu penebangan dan pengambilan kayu bakar secara liar oleh warga lokal di sekitar area cagar alam. Kegiatan penebangan dan pengambilan kayu bakar oleh warga lokal meningkat saat pendapatan dari hasil menangkap ikan menurun, karena sebagian besar warga lokal Nusakambangan Barat berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, ancaman terbesar ke dua adalah adanya tumbuhan invasif langkap (Arenga obtusifolia) yang tersebar di seluruh cagar alam dan menjadi saingan utama bagi anakan Dipterocarpus littoralis (Robiansyah dan Davy, 2015). Menurut Muntasib dan Haryanto (1992) dalam Robiansyah dan Davy (2015), tumbuhan langkap memiliki kapasitas pemulihan yang cepat, kemampuan menghasilkan biji (fekunditas) yang tinggi, dan kemampuan untuk bertahan melawan herbifora dengan menghasilkan konsentrasi oksalat beracun pada biji yang belum masak. Hal tersebut menguntungkan bagi tumbuhan langkap karena herbifora lebih suka memakan biji langkap yang sudah masak dan siap berkecambah.
Penulis : Mikael Garuda Prima Nusantara
Editor : Lina Dwi Lestari
Sumber :
Dwiyanti, F. G., Ko H., Iskandar Z. S., dan Koichi K. 2014. Population Genetics of The Criticaly Endangered Species Dipterocarpus littoralis Blume (Dipterocarpaceae) Endemic in Nusakambangan Island, Indonesia. Journal BIOTROPIA. 21(1): 1-12.
Robiansyah, I., and Anthony J. D. 2015. Population Status and Habitat Preferences of Critically Endangered Dipterocarpus littoralis in West Nusakambangan, Indonesia. Makara Journal of Science. 19(4):150-160.
Hamidi, A. and Robiansyah, I. 2018. Dipterocarpus littoralis. The IUCN Red List of Threatened Species 2018: e.T33376A125628315 (diakses tanggal 24 Agustus 2019 pukul 21.30 WIB).
Sumber gambar :
http://www.pohonlangka.id
terimaksih untuk tulisan yang membantu,semoga terbit pula tulisan baru yang senantiasa berguna bagi orang banyak