Pohon Kayu Putih (Melaleuca cajuputi)

source : krcibodas.lipi.go.id

Kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi) secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Myrtales, famili Myrtaceae, genus Melaleuca, dan spesies Melaleuca cajuputi, Sub spesies Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi (Craven dan Barlow, 1997). Tanaman ini merupakan salah satu jenis penghasil minyak atsiri yang cukup menjanjikan. Kebutuhan kayu putih di Indonesia yang mencapai angka 1500 ton per tahun baru dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri kurang lebih 500 ton per tahun. Angka tersebut sangat jauh dari permintaan kebutuhan kayu putih di dalam negeri, sehingga saat ini kayu putih terus dibudidayakan secara komersial agar kebutuhan industri dapat terpenuhi  (Kartikawati dkk., 2014).

Pohon kayu putih memiliki prospek yang sangat baik dalam peningkatan ekonomi dan perbaikan lahan. Kurangnya ketersediaan bahan baku daun kayu putih untuk industri menjadikan tingginya tingkat permintaan terhadap daun kayu putih. Kayu putih dapat ditanam dengan menerapkan sistem agroforestri. Penanaman kayu putih dengan sistem agroforestri dapat menjadi pemasukan yang menjanjikan bagi masyarakat tanpa perlu menebang pohon (memanen daun), selain itu penanaman kayu putih dengan sistem agroforestri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ditanamnya tanaman semusim yang memiliki rotasi panen lebih singkat.

Secara alami, kayu putih tersebar di Kepulauan Maluku, Pulau Timor, Australia bagian utara dan barat daya. Kayu putih merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah pada berbagai kondisi tapak dan lingkungan. Tanaman ini mampu beradaptasi pada tanah dengan drainase jelek, tahan terhadap kebakaran, dan toleran terhadap tanah dengan kadar garam rendah hingga tinggi, dikarenakan kemudahannya tumbuh tersebut pohon ini dapat dikatakan sebagai pohon pioneer. Pada umumnya spesies ini tumbuh pada ketinggian 5-400 mdpl dengan curah hujan rata-rata 1.300-1.750 mm per tahun (Doran et al., 1998).

Pohon kayu putih memiliki ciri yang unik baik pada bagian daun, batang, maupun bunganya. Batang kayu putih terbungkus kulit tebal yang berlapis-lapis dan berwarna kekuningan serta dapat dilepas dengan mudah. Kulit berlapis-lapis ini bersifat kering dan lunak seperti gabus. Batang kayu putih tidak dapat digunakan sebagai bahan kontruksi karena kayunya relatif kecil dan mudah lapuk. Batang kayu putih mudah dibelah dan mudah retak, banyak digunakan untuk kayu bakar. Bunga kayu putih terdapat di pucuk ranting-ranting pohon dan hampir di setiap pucuk ranting terdapat bunga.  Bunga kayu putih berwarna putih dan bentuk buahnya bulat berlubang. Bunga tua berwarna merah tua keabu-abuan.  Dalam buah terdapat beberapa biji yang sangat halus dan ringan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangan organ generatif pada M. cajuputi subsp. cajuputi dari tahap inisiasi bunga hingga buah masak adalah 277 hari. Daun kayu putih sempit, tipis, permukaan rata, tangkai pendek, kuat, mempunyai lebar antara 0,5-1,5 inchi, dan panjang daun antara 2-4 inchi. Bentuk daun berbeda-beda walaupun dalam satu jenis. Ada tiga macam bentuk daun yaitu lonjong, lanset, dan oval. Dilihat dari warna kuncup daunnya, kayu putih mempunyai variasi warna merah, putih, dan kuning. Daun kayu putih yang biasa digunakan untuk produksi minyak atsiri mengandung 1,8 cineole, sehingga jika diremas mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri (Baskorowati  dkk., 2008; dalam Kartikawati dkk., 2014).

Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi saat ini dapat dibudidayakan secara generatif dengan biji atau secara vegetatif dengan grafting atau stek pucuk. Budidaya secara vegetatif dianggap lebih efektif dikarenakan sifat yang diwariskan sama persis dengan induknya, selain itu perbanyakan secara vegetatif lebih efisien dari segi waktu untuk pembibitannya dan memiliki persen keberhasilan hingga 90% (Kartikawati dkk., 2014).

 

Penulis: Farhani Akhfa H.

 

Sumber:

Craven, L.A dan Barlow, B.A. 1997. New taxa and new combination in Melaleuca (Myrtaceae).  Novon. 7(2): 113-119.

Doran, J.C, Rimbawanto A, Gunn, B.V dan Nirsatmanto, A. 1998. Breeding plan for Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi in Indonesia. CSIRO Forestry and Forest Products, Australian Tree Seed Centre and Forest Tree Improvement Research and Development Institute, Indonesia.

Kartikawati, Noor Khomsah, Anto Rimbawanto, Mudji Susanto, Liliana Baskorowati, dan Prastyono. 2014. Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu putih. IPB Press. Bogor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.