Forester In Action #7 : Penanaman Bakau sebagai Aksi Tanggap Perubahan Iklim

          Kegiatan Forester in Action (FIA) merupakan perwujudan dari poin pengabdian pada masyarakat yang akan dilaksanakan oleh anggota internal HIMABA. Forester in Action (FIA) kali ini menjadi edisi ke-7 dengan mengangkat tema “Silviculture in Preserving Coastal Ecosystems”  yang berarti melakukan praktik silvikultur untuk menjaga keberlanjutan ekosistem pantai, melindungi keanekaragaman hayati, dan memelihara fungsi ekosistem secara keseluruhan untuk manfaat jangka panjang manusia dan lingkungan. Penanaman bakau  menjadi rangkaian kegiatan utama dalam Forester in Action (FIA) kali ini.

Benih bakau yang diperoleh dari Laguna Lembupurwo, Kebumen, sekitar bulan Januari. Kegiatan penyiapan bakau dimulai dengan penyiapan bedeng untuk media tumbuh dari bakau tersebut. Media yang digunakan merupakan media yang sudah diambil oleh mahasiswa berupa lumpur dari pantai baros dan kolam ikan, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan tempat tumbuh dilingkungan aslinya agar bakau dapat tetap tumbuh dengan baik dan seragam. Setelah bibit bakau memiliki jumlah daun sekitar 3–5 helai, bibit tersebut sudah siap ditanam di lapangan.

H-7 kegiatan penanaman mahasiswa mempersiapkan ajir yang akan digunakan. Alat yang digunakan tidak hanya ajir tetapi juga ada tali ajir, cangkul, bambu tanda, karung, dan lain-lain. Disamping itu mahasiswa juga mempersiapkan bibit yang akan dibawa ke Kebumen. Penyiapan bibit bakau dimulai dengan pembuatan wadah untuk media bakau yang terbuat dari karung yang sudah dijahit. Kemudian setiap karung bisa terisi hingga 50 bibit bakau. Pengepakan ini memudahkan untuk proses pengantaran bibit yang akan dikirim.

Sebelum kegiatan penanaman, mahasiswa dan masyarakat berkolaborasi untuk gotong royong dalam moving bibit dan melaksanakan pengaciran pada blok penanaman. Kegiatan moving bibit dibantu oleh kelompok konservasi mangrove dan kelompok nelayan Desa Tanggulangin. Pada kegiatan pengaciran di blok bakau penanaman dilakukan dengan jarak tanam 0.5 m x 0.5 m setiap blok bakau tersebut dibuat rumpun untuk memperbesar  persen hidup dari tanaman bakau.

Forester in Action #7 dilaksanakan di Muara Sungai Lukulo terletak di Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Berdasarkan penuturan masyarakat setempat pada Muara Sungai Lukulo telah terjadi abrasi yang berpotensi mengancam ekosistem pesisir pantai. Bakau dapat berfungsi sebagai penahan sedimentasi dan mengurangi kekuatan gelombang laut yang dapat menyebabkan abrasi pantai. Dengan adanya penanaman bakau ini diharapkan terbentuk hutan bakau sehingga dapat mengurangi abrasi dan menyediakan habitat bagi biota laut serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar melalui peluang pengembangan ekowisata.

Kegiatan Forester in Action #7 dilaksanakan pada 25-26 Mei 2024 yang diikuti oleh kurang lebih 100 mahasiswa Fakultas Kehutanan dan masyarakat Desa Tanggulangin.  Rangkaian kegiatan utama Forester In Action #7 berupa sambung rasa dan penanaman bersama. Sambung rasa dilaksanakan pada malam hari yang dihadiri oleh Camat Klirong, Kepala & Perangkat Desa Tanggulangin, Dosen Pembimbing, Mahasiswa Fakultas Kehutanan, serta Masyarakat Tanggulangin. Sambung rasa bertujuan untuk menjalin silaturahmi bersama masyarakat. Sambung rasa juga dilaksanakan untuk penyampaian teknis dan koordinasi penanaman bakau pada esok hari.  Di akhir sambung rasa terdapat hiburan yang diadakan oleh masyarakat Desa Tanggulangin sebagai bentuk sambutan selamat datang kepada mahasiswa Fakultas Kehutanan.

Puncak acara Forester in Action #7 berupa penanaman bakau dilaksanakan pada 26 Mei 2024 sejumlah 2500 bibit. Penanaman bakau dilakukan di sepanjang Muara Sungai Lukulo dengan sistem blok. Total blok bakau  yang dibuat pada Muara Sungai Lukulo sejumlah 7 blok.  Dalam satu blok tersusun dari beberapa baris acir yang mana terdapat dua acir per barisnya. Dalam satu baris acir memiliki panjang 2 meter yang terdiri 5 bibit mangrove dengan jarak 0.5 meter x 0.5 meter. Dalam satu blok mangrove tersebut diberi pagar yang mengelilingi supaya tanaman mangrove tidak hilang tergerus ombak. Monitoring dan evaluasi penanaman setelah 2-3 bulan dilakukan penanaman yang bertujuan untuk mengetahui persentase hidup tanaman.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.