Strategi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

pict : semanticscholar.org

 

Ekosistem mangrove mempunyai fungsi fisik sebagai daerah peredam gelombang, pemecah angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan penangkap sedimen. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai daerah asuhan, daerah tempat pemijahan, dan mencari makanan bagi biota laut yang hidup di dalamnya (Mayalanda dkk., 2014). Berjalannya fungsi ekologis dan fungsi fisik secara optimal dapat menjaga kelestarian lingkungan dan ketersediaan populasi ikan. Secara ekonomis, hal tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya pesisir terutama perikanan.

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia berbanding lurus dengan meningkatnya  tingkat eksploitasi sumber daya alam dan konversi lahan. Ekosistem mangrove saat ini telah banyak dikonversi menjadi lahan pemukiman, tambak, dan industri lain. Menurut Mughofar dkk. (2018), hampir di setiap wilayah vegetasi hutan mangrove mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas yang disebabkan karena eksploitasi oleh masyarakat yang tidak terkendali. Tidak adanya kontrol terhadap eksploitasi ekosistem dapat menyebabkan terjadinya peningkatan laju degradasi mangrove. Oleh karena itu, perlu dilakukan rehabilitasi ekosistem mangrove yang telah mengalami kerusakan.

Rehabilitasi mangrove merupakan salah satu solusi untuk memulihkan ekosistem yang telah rusak. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove antara lain penanggulangan hama dan penyakit, pasang surut permukaan air laut yang dapat menyebabkan hilangnya tanaman karena ikut larut dalam air, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik tanam yang tepat, faktor eksternal dan internal tanaman, serta jenis tanaman yang harus disesuaikan dengan zonasi yang terdapat pada ekosistem mangrove tersebut (Alwidakdo dkk., 2014). Upaya rehabilitasi mangrove memerlukan strategi yang tepat agar dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan rehabilitasi tersebut. Kerusakan pada ekosistem mangrove dapat dikategorikan menjadi rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan. Strategi yang dilakukan pada ekosistem mangrove yang tergolong ke dalam rusak berat yaitu dengan menggunakan jalur hijau (green belt). Penetapan jalur hijau dapat dilakukan dengan mengacu pada aspek ekologi dan aspek sosial ekonomi. Sedangkan strategi rehabilitasi yang dilakukan pada ekosistem mangrove yang tergolong ke dalam rusak sedang dan rusak ringan adalah dengan menerapkan pola tambak empang parit. Tambak empang parit merupakan tambak yang pelatarannya berada di antara parit, hanya saja pelataran tersebut ditanami oleh mangrove dan pengairannya dilakukan dengan satu pintu air (Novianty dkk., 2011).

Ekosistem mangrove yang terdegradasi memiliki kualitas tapak yang kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Degradasi yang terjadi menurunkan kualitas tapak sehingga ekosistem mangrove tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ekosistem mangrove memiliki berbagai zonasi yang sangat dipengaruhi oleh substrat, salinitas, dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, strategi rehabilitasi dilakukan dengan melakukan pemilihan jenis tanaman yang disesuaikan dengan berbagai zonasi di ekosistem mangrove. Menurut Bengen (2004) dalam Mughofar dkk. (2018) pembagian zonasi pada hutan mangrove antara lain:

  1. Zonasi garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Biasanya ditemukan jenis Rhizopora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina, dan Sonneratia alba;
  2. Zona tengah, yaitu kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizopora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrical, B. gymnorrhyza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris, dan Lumnitzera littorea;
  3. Zona belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Biasanya ditemukan jenis Acanthus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum.

Menurut Kint (1934) dalam Mughofar dkk. (2018), secara umum substrat yang berlumpur sangat baik untuk tegakan Rhizopora mucronata dan Avivennia marina. Sedangkan, substrat yang berpasir sangat cocok untuk tegakan Rhizopora stylosa. Berikut terdapat berbagai spesies dan deskripsi kondisi lokasi yang sesuai untuk ditanam di ekosistem mangrove :

Tabel 1. Daftar spesies untuk rehabilitasi ekosistem mangrove dan karakteristik tempat tumbuhnya

No

Nama Spesies

Kondisi Lokasi

1

Avicennia alba Lumpur dalam, pinggir sungai dan daerah kering dengan salintas tinggi

2

Avicennia officinalis Lumpur dalam, pinggir sungai dan daerah kering dengan salintas rendah

3

Avicennia marina Lumpur dalam, pinggir sungai dan daerah kering dengan salintas tinggi

4

Avicennia lanata Lumpur berpasir, pinggir sungai dan daerah kering dengan salinitas tinggi

5

Aegiceras corniculatum Lumpur, pinggir sungai dengan salinitas tinggi

6

Aegiceras floridum Tanah berpasir, pantai berbatu dan berkoral, pingggir sungai dengan salinitas tinggi

7

B. gymnorrhiza

 

Lumpur berlempung atau berpasir dengan salinitas rendah, gambut, bergerombol pada tanah lebih kering, tengah sampai zona pedalaman

8

B.  parviflora Lempung, lumpur berlempung atau berpasir dengan salinitas tinggi, pinggir sungai, zona pedalaman

9

B. sexangula

 

Tumbuh dimana saja pada mangrove apabila drainasi baik; sungai estuari dengan salinitas rendah atau air tawar

10

B. cylindrica Lumpur (liat sampai liat berdebu), tanah berpasir sampai liat,  kearah daratan

11

Rhizophora mucronata Lumpur dalam dengan rentang salinitas lebar, pinggir sungai, gambut, ke arah laut sampai ke zona pertengahan

12

Rhizophora stylosa Lumpur berpasir, berbatu atau berkoral, ke arah laut

13

Rhizophora apiculata Lumpur dalam dengan rentang salinitas lebar, tanah berpasir, daerah estuari, pinggir sungai, ke arah laut sampai zona tengah

14

Ceriops tagal Gambut, lumpur dan daerah kering dengan salinitas tinggi, zona pedalaman

15

Ceriops Decandra Gambut, lumpur dan daerah kering dengan salinitas tinggi, zona pedalaman

16

Kandelia candel Lumpur, gambut

17

Sonneratia caseolaris Lempung, lumpur berpasir dengan salinitas rendah, pinggir sungai, pinggir sungai estuari, dengan masukan air tawar permanen

18

Sonneratia ala Lempung, lumpur berpasir, berbatu atau berkoral dengan salinitas tinggi, sungai estuary, pinggir laut.

19

Nypa fruticans Lumpur dalam dengan pengaruh air tawar

20

Heriteria litoralis Tanah lempung berpasir dengan salinitas rendah,  hulu sungai, ke arah daratan

21

Lumnitzera racemosa Lumpur dengan salinitas rendah, pinggir sungai estuari, ke arah daratan

22

Lumnitzera littorea Lumpur dengan salinitas rendah, pinggir sungai estuari, ke arah daratan

23

Nypa fruticans Lumpur dengan salinitas rendah (air payau), pinggir sungai

24

Xylocarpus granatum Tanah dengan salinitas rendah, pinggir sungai, ke arah daratan

25

Excoecaria agalocha Tanah dengan salinitas rendah, ke arah daratan

(Kusmana dkk., 2005)

 

Oleh: Aisyah Nur Bayti        Editor: Galang Rama Asyari

 

Sumber:

Mughofar, A., M. Masykuri. P. Setyono. 2018. Zonasi Dan Komposisi Vegetasi Hutan Mangrove Pantai Cengkrong Desa Karanggandu Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Vol 8 (1). Hal: 77-85.

Alwidakdo, A., Z. Azham, dan L. Kamarubayana. 2014. Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Agrifor. Vol 13 (1). Hal:11-18.

Kusmana, C., Hilwan I., Pamungkas, P., Wilarso, S., Wibowo, C., Tiryana, T., Triswanto, A., Yunasfi., Hamzah. 2005. Teknik rehabilitasi mangrove. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Novianty, R., S. Sastrawibawa, dan D.J. Prihadi. 2011. Identifikasi Kerusakan dan Upaya Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Pantai Utara Kabupaten Subang Jurnal Akuatika. Vol 2 (2).

Mayalanda, Y., F. Yulianda, I. Setyobudiandi. 2014. Strategi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Melalui Analisis Tingkat Kerusakan di Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta. Jurnal Bonorowo Wetlands. Vol 4 (1). Hal: 12-36

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.