Mengenal Mangrove dan Indikator Kerusakan Ekosistem Mangrove

pict : Rahmanto, 2020

 

Pada tahun 2020, Indonesia memiliki ekosistem mangrove seluas 3.311.207,45 ha yang terbagi menjadi kawasan hutan dan luar kawasan   (Rahmanto, 2020). Hutan mangrove di Indonesia banyak ditemukan di berbagai wilayah terutama di Papua, Kalimantan, dan Sumatera (FAO, 2007). Sekitar 3 juta ha hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 km pesisir Indonesia. Jumlah ini mewakili 23% dari keseluruhan ekosistem mangrove dunia (Giri dkk., 2011).

Hutan mangrove tumbuh di antara garis pasang surut, pantai karang, daratan koral mati yang di atasnya ditimbuni pasir atau lumpur, dan pantai berlumpur (Saparinto, 2007 dalam Rahim dan Banderan, 2007). Hutan mangrove memiliki karakteristik  tanah yang berlumpur dan hutannya selalu digenangi air (Fatma, 2016). Komunitas vegetasi hutan mangrove pantai tropis didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Rahmanto, 2002). Selain itu, komposisi vegetasi yang menyusun ekosistem mangrove relatif homogen dikarenakan hanya vegetasi tertentu yang bisa hidup di masing-masing zonasi yang ada. Pembagian zonasi pada ekosistem mangrove dibagi menjadi empat, yaitu zona mangrove terbuka, zona mangrove tengah, zona mangrove payau, dan zona mangrove daratan. Zona mangrove terbuka merupakan zona yang berhadapan dengan laut dan didominasi oleh Sonneratia alba. Zona mangrove tengah terletak di belakang mangrove zona terbuka dan di dominasi oleh jenis Bruguiera sp. dan Rhizophora. Zona mangrove payau berada di sepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar dan didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Sedangkan zona mangrove daratan berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya dan didominasi oleh jenis Ficus microcarpus, Intsia bijuga, Nypa fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp., dan Xylocarpus moluccenis. Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya (Noor dkk., 2006).

Hutan mangrove yang sehat adalah hutan mangrove yang masih dapat memberikan manfaat sesuai dengan fungsinya. Adapun, fungsi dari hutan mangrove utamanya yaitu mencegah erosi dan abrasi (Anggraini, 2020). Rimbunnya vegetasi mangrove mampu menahan abrasi yang terjadi di pantai dengan cara meredam kekuatan gelombang air laut yang menggerus pantai dan dapat menstabilkan substrat lumpur. Kesehatan mangrove dapat diidentifikasi dengan melihat fauna yang ada di sekitarnya (Ambari, 2018).  Fauna yang biasa ada di hutan mangrove adalah jenis krustasea seperti kepiting, rajungan, dan kerang-kerangan. Semakin sehat tanaman bakau, maka jumlah biota laut yang disebut akan semakin banyak (Ambari, 2018). Apabila fauna hutan mangrove berkurang bahkan menghilang, maka bisa dipastikan mangrove mengalami kerusakan atau tidak sehat (Ambari, 2018).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, indikator kerusakan hutan mangrove dapat diamati berdasarkan standar kerapatan pohon per hektar dan persentase penutupan. Nilai kerapatan suatu jenis menunjukkan kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem dan dapat menggambarkan bahwa jenis dengan kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Hutan mangrove yang mengalami kerusakan ringan memiliki kerapatan lebih dari 1500 pohon per hektar dengan penutupan ≥ 75% , hutan mangrove yang mengalami kerusakan sedang memiliki kerapatan antara 1000 – 1500 pohon per hektar dengan penutupan ≥ 50% – <75%, sedangkan hutan mangrove yang mengalami kerusakan berat memiliki kerapatan dibawah 1000 pohon per hektar dengan penutupan < 50%. Tingkat kerusakan hutan mangrove tersebut digunakan sebagai acuan dalam kegiatan rehabilitasi. Dengan mengkonversi tingkat kerusakan mangrove dalam bentuk angka, maka nilai tingkat kerusakan menjadi lebih objektif, konsisten, dan jelas. Selain itu, juga dapat mempermudah kegiatan perencanaan rehabilitasi yang akan dilakukan. Sehingga, dengan adanya perencanaan kegiatan rehabilitasi yang matang akan semakin meningkatkan keberhasilan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove.

 

DAFTAR PUSTAKA

CIFOR. 2015. MANGROVE INDONESIA: Berkas fakta: Kekayaan nasional dalam ancaman. Diakses dari https://forestsnews.cifor.org/31191/mangrove-indonesia-berkas-fakta-kekayaan-nasional-dalam-ancaman?fnl= pada 26 April 2021 pukul 22.00 WIB.

Ambari, M. 2018. Seperti Apa Indeks Kesehatan Mangrove dan Lamun di Indonesia?. Diakses dari https://www.mongabay.co.id/2018/02/22/seperti-apa-indeks-kesehatan-mangrove-dan-lamun-di-indonesia/. pada 27 April 2021 pukul 01.00 wib.

Anggraini, Mutia. 2020. 7 Fungsi Hutan Mangrove Bagi Kehidupan, Pahami dan Jaga Kelestariannya. https://www.merdeka.com/trending/7-fungsi-hutan-mangrove-bagi-kehidupan-pahami-dan-jaga-kelestariannya-kln.html?page=all. pada 1 mei 2020 pukul 13.13 WIB.

Fatma, D. 2016. 9 ciri ciri Mangrove dan Penjelasannnya. Diakses dari https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/ciri-ciri-hutan-magrove. pada 27 april 2021 pukul 00.39 WIB.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove

Noor, Yus Rusila, M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.

Rahim, S. dan Banderan, D. 2017. Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya. Penerbit Deepublish. Yogyakarta.

Rahmanto, Bagus Dwi. 2020. Peta Mangrove Nasional dan Status Ekosistem Mangrove di Indonesia. Webinar “Development for Mangrove Monitoring Tools in Indonesia”.

 

Artikel oleh : Aisyah Nur Bayti dan Novia Assifa Belladinna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.