Faktor Pembatas Restorasi Lahan Gambut

Pict by : The Jakarta Post

Penulis : M. Risalluddin Fatih       Editor  : Galang Rama Asyari

 

Restorasi hutan yang ada pada lahan gambut menemui berbagai faktor pembatas. Upaya restorasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas setelah terjadinya degradasi akibat kerusakan lahan gambut. Selama ini penanaman di lahan gambut sangat memperhatikan faktor utama yang menentukan dilakukannya kegiatan restorasi, yaitu musim. Pada lahan gambut yang terbuka dan mengalami penurunan permukaan tanah, penanaman pada musim penghujan tidak dapat dilakukan karena kondisi lahan yang tergenang.  Penanaman baru dapat dilakukan pada kondisi air telah surut atau mendekati musim kemarau, namun yang menjadi kendala antara lain kondisi saat ini jangka waktu antara musim penghujan dan kemarau tidak begitu jelas. Apabila bibit ditanam pada curah hujan yang masih tinggi, bibit akan tergenang dan bahkan tenggelam yang mengakibatkan penurunan daya hidup dan keberhasilan penanaman. Sedangkan, apabila ditanam pada musim kemarau hal ini akan mengakibatkan kurangnya air yang diperoleh tanaman. Kekurangan air tersebut dapat berakibat pada layu dan kematian tanaman.

Selain musim, terdapat kendala-kendala lain seperti kondisi tapak berupa faktor biofisik dan kimia yang dapat menyebabkan gangguan terhadap daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lahan gambut. Oleh karena itu, mengetahui kondisi tapak memiliki pengaruh penting pada kegiatan restorasi lahan gambut dikarenakan peranannya dalam meningkatkan stabilisasi pertumbuhan tanaman. Faktor biofisik yang menjadi kendala antara lain bulk density gambut rendah, genangan air, dan kekeringan. Adapun faktor kimia yang menjadi kendala yaitu pH rendah (tanah asam) dan kandungan unsur hara rendah.

1.  Faktor Biofisik

    • Bulk density rendah

Menurut Noor (2001) kondisi gambut dengan bulk density rendah menyebabkan kondisi tanah tidak stabil bagi berjangkarnya akar tanaman. Selain itu, Santoso (2011) berpendapat bahwa bulk density gambut yang rendah dapat menyebabkan tanaman roboh, bibit tenggelam akibat lubang tanam terlalu dalam, dan mengganggu pertumbuhan tanaman karena akar tanaman tidak menyentuh gambut.

    • Genangan air

Genangan air merupakan kendala pada saat restorasi lahan gambut yang paling sering ditemui. Genangan air di lahan gambut berpengaruh pada tahap awal pertumbuhan karena semai tidak dapat bertoleransi pada kondisi tergenang yang lama pada musim penghujan (Rieley dan Page, 2008). Adanya genangan air dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, bibit tenggelam, hingga kematian tanaman (Santoso, 2011).

    • Kekeringan

Kekeringan di lahan gambut seringkali terjadi akibat rusaknya ekosistem dan tidak adanya sistem tata air di lahan gambut. Menurut Santoso (2011), kekeringan yang terjadi pada lahan gambut dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman mati.

 

2.  Faktor kimia

    • PH rendah

Lahan gambut memiliki pH relatif rendah pada kisaran 3-4 (Hartatik dkk., 2011). Rendahnya pH di lahan gambut berkaitan erat dengan kandungan asam-asam organik di dalam tanah seperti asam humat dan asam fulvat (Miller dan Donahue, 1990 dalam Yondra dkk., 2017).        

    • Kandungan unsur hara rendah

Menurut Hartatik dkk. (2011), kandungan unsur hara mikro maupun makro pada lahan gambut tergolong rendah. Rendahnya unsur hara dimungkingkan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya unsur hara esensial bagi tanaman, hal ini dapat berakibat pada terganggunya proses fisiologis tanaman.

 

Sumber:

Hartatik, W, I G.M. Subiksa, dan Ai Dariah. 2011. Sifat kimia dan fisika lahan gambut. Diakses dari balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/wiwik%20hartatik.pdf pada 4 Februari 2021 pukul 18:47 WIB.

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Yogyakarta: Peneribit Kanisius.

Rieley, J., dan Page, S., 2008. The science of tropical peatlands and the central kalimantan peatland development area. Diakses dari

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.forda-mof.org/files/7._Tropical_Peat_Swamp_Forest_Silviculture_in_CK_Reports_S6.pdf&ved=2ahUKEwj8rojZ24TuAhXmzjgGHYt2DC4QFjAEegQIDRAB&usg=AOvVaw3yXh9RB4NIJaR39gZaezUG, diakses pada 31 Desember 2020 pukul 19:09 WIB.

Santoso, Purwanto Budi. 2011. Kendala dan Upaya Meningkatkan Keberhasilan Penanaman di Lahan Gambut. Jurnal Galam Volume 5 (1).

Yondra, Nelvia, dan Wawan. 2017. Kajian Sifat Kimia Lahan Gambut pada Berbagai Landuse. Jurnal AGRIC Vol. 29 (2). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.