Gambar 1. Serangan karat puru pada pohon sengon
http://bp2sdmk.dephut.go.id/
Hutan merupakan ekosistem yang didominasi oleh pepohonan yang mampu menciptakan iklim mikro yang berbeda dengan lingkungan di sekitarnya. Hutan memiliki manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial. Manfaat ekonomi hutan diperoleh dari berbagai produk kayu maupun bukan kayu. Manfaat ekologi hutan diperoleh dengan terjaganya keseimbangan ekosistem hutan yang melindungi sistem penyangga kehidupan. Manfaat sosial hutan diperoleh, khususnya bagi masyarakat di sekitar hutan dengan memanfaatkan secara langsung hasil hutan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
Manfaat hutan yang sangat besar harus dioptimalkan dengan melakukan pengelolaan hutan secara komprehensif dan inklusif dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Gangguan terhadap hutan seperti penyakit hutan dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan vegetasi hutan yang hidup di dalamnya, bahkan dapat mengakibatkan kematian masal. Gangguan dari penyakit hutan pada dasarnya sangat perlu untuk ditangani agar dapat menghasilkan produk kayu dan bukan kayu yang optimal. Penanganan penyakit hutan merupakan bagian terpadu dari pengelolaan hutan berkelanjutan atau sustainable forest management (SFM). SFM menuntut adanya integrasi dari berbagai pilar pengelolaan hutan dalam pencapaiannya, termasuk di dalamnya penanganan penyakit hutan (FAO, 2009).
Beberapa tahun belakangan industri kayu mengalami perkembangan yang pesat, sehingga berdampak pada pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam jumlah yang cukup besar. Salah satu jenis kayu yang menjadi primadona adalah sengon (Falcataria moluccana). Falcataria moluccana termasuk ke dalam famili Fabaceae yang merupakan fast-growing species. Budidaya sengon ini tidak terbebas dari gangguan penyakit tanaman hutan. Ancaman utama dari budidaya sengon adalah serangan penyakit karat puru (gall rust) yang menyerang mulai dari tingkat pertumbuhan semai sampai pohon. Menurut Putri dan Bramasto (2017), karat puru disebabkan oleh infeksi jamur Uromycladium tepperianum (Sacc.) McAlp atau jamur karat. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang sesuai untuk menghindari maupun meminimalkan serangan karat puru pada sengon.
Penelitian yang dilakukan oleh Azzahro dkk., (2017), menunjukkan adanya alternatif fungisida yang berasal dari bahan alami berupa ekstrak daun Mindi (Melia azedarach). Penggunaan fungisida alami dari bahan nabati dapat meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dari penggunaan fungisida kemis. Penelitian yang dilakukan menggunakan berbagai perlakuan pendahuluan (priming), antara lain: perendaman, pengaturan kelembapan, serta perlakuan kontrol (tanpa peremdaman dan pengaturan kelembaban). Perlakuan perendaman dilakukan dengan merendam benih sengon pada air panas (80 ⁰C) lalu dibiarkan dingin dan dikeringanginkan, sedangkan pada pengaturan kelembapan dilakukan dengan meletakkan benih pada kertas merang berlapis yang telah dibasahi pada inkubator. Variasi peyemprotan fungisida nabati dibedakan menjadi empat konsentrasi larutan, yaitu 5%; 7,5%; 10%; dan 12,5%. Setelah diberikan perlakuan pendahuluan, spora Uromycladium tepperianum diinokulasikan ke benih sengon menggunakan sprayer. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengurangan intensitas serangan karat puru pada semai dengan perlakuan priming pelembaban disertai pemberian fungisida dengan konsentrasi larutan ekstrak daun mindi sebesar 10% (200 gram/2L). Serangan jamur Uromycladium tepperianum dapat dikurangi dengan menggunakan ekstrak daun mindi. Ekstrak daun mindi memiliki kandungan metabolit sekunder yang bertindak sebagai antimikroorganisme. Metabolit sekunder tersebut antara lain belerang, azadirachtin, nimbin, dan nimbidin. Penggunaan biopestisida ini nantinya akan membawa dampak lebih baik pada lingkungan dan dapat menjaga keseimbangan ekosistem hutan (Anggraeni et al., 2011 dalam Azzahro et al., 2017).
Penulis : Amalia L. Z.
Editor : Galang Rama Asyari dan Wawan Sadewo
Daftar Pustaka
Azzahro, F., T. S. Haryani dan Yulianti Bramasto. 2017. Pemanfaatan Daun Mindi (Melia azedarach) sebagai Fungisida Nabati dan Priming Benih dalam Pengendalian Penyakit Karat Puru pada Bibit Sengon (Falcataria Moluccana). Universitas Pakuan. Bogor.
Food and Agriculture Organization. 2009. Global Review of Forest Pests and Diseases. FAO. Rome.
Putri, K. P. dan Yulianti Bramasto. 2017. Pengendalian Cendawan Uromycladium tepperianum pada Bibit Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J. W. Grimes) di Persemaian. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 5 (1): 13-22.