Kawasan pantai berpasir merupakan salah satu penyusun wilayah pesisir yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir berupa pasir hitam, abu-abu, atau putih (Sugiarto & Ekariyono, 1996). Kawasan pantai berpasir memiliki potensi dalam mendukung kehidupan masyarakat sekitar seperti wisata alam, tambang, perikanan, dan pertanian. Namun, potensi tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu penyebabnya yaitu hambatan karakteristik lahan yang tergolong marginal (Sumardi, 2009).
Kawasan pantai berpasir yang telah terdegradasi dan tidak direhabilitasi dapat menjadi daerah yang rawan terhadap berbagai permasalahan lingkungan dan bencana alam seperti tsunami (Budiadi, dkk., 2016). Hal ini disebabkan karena tidak adanya green belt yang mampu menjadi penghalang angin pantai dan juga ombak. Green belt dapat menjadi salah satu metode mitigasi bencana di kawasan pantai berpasir. Green belt merupakan salah satu upaya untuk melindungi sabuk pantai dengan penanaman di sepanjang pantai yang memiliki fungsi hayati, fisik, dan kimia (Hilmi dan Parengrengi, 2012).
Penanaman pohon di wilayah pantai berpasir didasarkan pada jenis tanaman yang sesuai dan dapat tumbuh di lahan pantai berpasir serta tahan terhadap angin kencang dan kondisi tanah yang marginal (Nurahmah dkk., 2007). Salah satu spesies tanaman yang mampu tumbuh dengan baik di kawasan tersebut yaitu cemara udang (Casuarina equisetifolia). Cemara udang (Casuarina equisetifolia) berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah karena bintil akar tanaman cemara udang memiliki frankia yang mampu memfiksasi nitrogen di udara sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tanah yang subur dapat digunakan untuk kegiatan pertanian, sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat.
Pemapanan tegakan awal cemara udang dapat memperbaiki kualitas tapak yang mendukung pertumbuhan jenis-jenis vegetasi berikutnya dan melindungi areal budidaya tanaman semusim yang ada di belakang tegakan (Sumardi, 2009). Terbentuknya tegakan hutan pantai yang dapat memberikan beberapa manfaat seperti mengurangi abrasi pantai, mengurangi erosi pasir pantai, melindungi ekosistem darat dari terpaan angin, menstabilkan lahan akibat pengikatan pasir pada permukaan oleh jalinan perakaran vegetasi, mempercepat pembentukan tanah dan habitat baru bagi flora dan fauna, serta memperbaiki iklim mikro (Sumardi, 2009). Kegiatan rehabilitasi di lahan pantai berpasir sangat penting untuk dilakukan karena dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Berikut ini beberapa manfaat keberhasilan rehabilitasi dengan terbentuknya ekosistem hutan pantai baik bagi lingkungan maupun masyarakat:
- Perbaikan kesuburan tanah
Penanaman cemara udang berdampak positif dalam meningkatkan kandungan unsur hara di bawah tegakan (Harjadi dkk., 2013). Nilai N pada tegakan cemara udang lebih tinggi dibandingkan pada pasir terbuka. Hal ini dikarenakan adanya frankia di bintil akar tanaman cemara udang dapat mengikat NH3, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan N. Selain itu, bahan organik yang sudah terdekomposisi akan mengalami proses mineralisasi N organik sehingga dapat meningkatkan ketersediaan N di dalam tanah (Harjadi dkk., 2013).
- Perbaikan iklim mikro
Tegakan cemara udang di lahan pantai berpasir mampu memperbaiki kondisi iklim mikro dengan mengurangi kecepatan angin, mengurangi kadar garam yang terbawa angin, meningkatkan kelembaban tanah dan udara, menurunkan suhu tanah dan udara, serta mengurangi intensitas cahaya matahari (Winarni dkk., 2012).
- Peningkatan pendapatan masyarakat
Kawasan pantai berpasir yang memiliki ekosistem hutan pantai mampu menciptakan iklim mikro yang lebih baik dan mengurangi salinitas tanah di bagian belakang hutan pantai. Sehingga lahan tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pertanian yang menjadi sumber penghasilan masyarakat melalui pengembangan usaha tani tanaman pangan dan hortikultura. Hal ini dikarenakan tegakan hutan pantai yang sudah terbentuk dapat berfungsi sebagai wind break (pemecah angin) bagi tanaman semusim (Budiadi dkk., 2016).
- Peningkatan jumlah wisatawan
Terciptanya iklim mikro karena adanya tegakan cemara udang di pantai membuat udara di sekitar pantai menjadi lebih sejuk dan nyaman. Iklim mikro yang sejuk dan rindangnya tajuk cemara udang di pantai menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Adanya kunjungan wisatawan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui penyediaan jual beli barang dan jasa di kawasan wisata.
- Pembentukan Bioshield sepanjang garis pantai
Bioshield merupakan pelindung berupa tanaman yang bermanfaat untuk mitigasi bencana alam di kawasan pesisir pantai (Budiadi dkk., 2016). Cemara udang dipilih sebagai bioshield dengan pertimbangan bahwa tanaman ini memiliki sifat pionir, tahan terhadap angin kencang dan bersalinitas cukup tinggi, tidak menggugurkan daun, serta mampu tumbuh di lahan pantai berpasir yang marginal.
- Pengurangan risiko tsunami
Terbentuknya hutan pantai mampu meredam energi gelombang tsunami sehingga limpasan energi gelombang ke arah daratan dapat diminimalkan. Hal ini dapat mengurangi risiko kerusakan yang ditimbulkan akibat terjadinya tsunami.
Oleh : Aisyah Nur Bayti
Editor : Galang Rama Asyari
DAFTAR PUSTAKA
Budiadi, H. H. Nurjanto., S. Hardiwinoto, dan E. Primananda. 2016. Strategi Pemilihan Jenis Tanaman untuk Mendukung Rehabilitasi Pesisir Berdasarkan Karakteristik Fisik Makro di Muara Sungai Progo. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(3): 349 – 359.
Hilmi, E., dan Parengrengi. 2012. Strategi Konservasi Mangrove dalam Mengurangi Dampak Bencana Pesisir. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 12(2): 70-79.
Sugiarto dan W. Ekariyono. 1996. Penghijauan Pantai. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumardi. 2009. Prinsip Silvikultur Reforestasi dalam Rehabilitasi Formasi Gumuk Pasir di Kawasan Pantai Kebumen. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan : Pengembangan Strategi untuk Mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
Nurahmah, Y., M.Y. Mile, dan E. Suhaendah. 2007. Teknik Perbanyakan Tanaman Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info Teknis. 5(1): 1 – 7.
Harjadi, B, P.D. Susanti, dan A. Miardini. 2013. Kajian Unsur Hara Tanah pada Tegakan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) di Pantai Berpasir Petanahan Kebumen. Prosiding Seminar Nasional hasil Penelitian teknologi Pengelolaan DAS.
Winarni, W.W., W.D. Atmanto, dan S. Danarto. 2012. Peran Wind Barrier Cemara Udang (Casuarina equisetifolia var. incana) dalam Agroforestri Pesisir. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri III. Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Fakultas Kehutanan UGM, Indonesia Networks for Agroforestry Education (INAFE). Yogyakarta.