Mengenal Karbon Organik Tanah

 

 

Karbon organik tanah merupakan komponen penting dalam struktur dan fungsi tanah. Karbon organik ini terbentuk dari residu tanaman, hewan, dan mikroorganisme, serta dapat berubah menjadi berbagai fraksi karbon yang berbeda dalam waktu yang beragam, mulai dari karbon labil yang terbentuk dalam waktu singkat hingga karbon stabil yang memerlukan waktu lama untuk terbentuk (Prasetya et al., 2022). Karbon organik tanah dapat memperbaiki  struktur tanah, meningkatkan kapasitas tanah untuk menahan air, dan mendukung aktivitas biologi tanah yang esensial bagi pertumbuhan tanaman sehingga keberadaannya merupakan komponen yang penting. Selain itu, karbon organik juga berperan dalam siklus karbon global, di mana tanah berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon, sehingga penting dalam konteks perubahan iklim (Siringoringo, 2014).

Karbon organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bisa bersifat alami maupun antropogenik. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:

1. Faktor lingkungan

Perubahan suhu iklim dapat mempengaruhi kandungan karbon organik tanah. Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju dekomposisi, yang pada akhirnya dapat menurunkan stok karbon organik tanah. Selain itu, curah hujan dan topografi juga mempengaruhi kandungan karbon organik tanah. Curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan dekomposisi, sedangkan topografi yang beragam dapat mempengaruhi distribusi bahan organik (Handayanto et al., 2017).

2. Vegetasi 

Tipe tanaman yang tumbuh dapat mempengaruhi kandungan karbon organik tanah. Tanaman yang memiliki akar yang dalam dan sistem perakaran yang kompleks dapat meningkatkan stok karbon organik tanah (Endriani dan Kurniawan, 2018). Selain itu, rotasi tanaman juga dapat mempengaruhi kandungan karbon organik tanah. Rotasi tanaman yang dilakukan dapat meningkatkan kandungan karbon organik karena penambahan bahan organik dari tanaman yang berbeda.

3. Aktivitas mikroorganisme

Aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan biota lainnya memainkan peran penting dalam dekomposisi bahan organik dan stabilisasi karbon organik. Mikroorganisme ini mengubah bahan organik menjadi bentuk yang lebih stabil, seperti humus.

4. Pengelolaan lahan

Perubahan penggunaan lahan, seperti konversi hutan menjadi lahan pertanian, dapat mempengaruhi stok karbon tanah. Konversi ini sering menyebabkan penurunan stok karbon karena penghancuran vegetasi yang berkontribusi pada karbon organik (Susanti et al., 2021).

5. Pengelolaan Residu

Praktik pengelolaan residu seperti pembakaran atau penebangan dapat mengurangi kandungan karbon organik tanah. Pembakaran residu akan mengubah karbon organik menjadi karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer.

6. Erosi

Erosi dapat mengurangi kandungan karbon organik tanah karena penghancuran bahan organik. Erosi yang berlebihan dapat menyebabkan stok SOC (Soil Organic Carbon) menjadi rendah (Susanti, 2021).

 

Secara keseluruhan, kandungan karbon organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan pengelolaan lahan. Pengelolaan yang baik, seperti olah tanah minimum dapat meningkatkan stok karbon organik tanah. Olah tanah yang minimal dapat mempertahankan struktur tanah dan meningkatkan kandungan bahan organik. Sementara itu, faktor seperti erosi dapat mengurangi stok karbon organik tanah.

 

Kadar C organik tanah menentukan kesuburan tanah. Bahan organik tanah berperan dalam meningkatkan ketersediaan hara, memasok nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, dan memperbaiki struktur tanah. Hal ini membuat tanah lebih subur dan dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Karbon organik tanah juga mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah. Nilai C organik tanah menentukan karakteristik sifat fisika dan kimia tanah, seperti agregasi, porositas, dan ketersediaan hara (Haryati, 2014). Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah. Karbon organik tanah merupakan sumber utama nitrogen, fosfor, dan sulfur bagi tanaman. Melalui proses mineralisasi, mikroorganisme tanah memecah bahan organik dan melepaskan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Selain itu, karbon organik juga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang membantu tanah menahan dan menyuplai nutrisi bagi tanaman secara lebih efektif (Hamidah et al., 2023).

Pengoptimalan karbon organik tanah sangat penting untuk meningkatkan kesuburan, produktivitas, dan kualitas tanah. Cara langsung peningkatan karbon tanah dilakukan melalui daur ulang bahan organik sisa tanaman, pemberian pupuk kandang dan kompos, dan pemberian pupuk hijau. Cara tidak langsung antara lain melalui penerapan berbagai teknik konservasi secara mekanis, misalnya pembuatan teras, atau secara vegetatif seperti sistem hedgerow (Agus dan Widianto, 2004). Pupuk kompos merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kandungan karbon organik tanah. Pupuk kompos terbuat dari bahan organik yang telah melalui proses dekomposisi dan dapat meningkatkan stok C organik tanah secara signifikan (Syamsiah et al.,2023). Sementara itu, cara tidak langsung atau mekanis dengan pembuatan teras dapat memperlambat laju permukaan air sehingga dapat mengurangi erosi tanah yang kaya akan bahan organik. Sistem vegetatif dengan penanaman hedgerow (tanaman pagar) dapat meningkatkan infiltrasi air sehingga kelembaban tanah terjaga. Kondisi ini mendukung aktivitas biologis yang meningkatkan pembentukan bahan organik dan siklus karbon di tanah (Sianipar et al., 2024).

 

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Lahan Kering. World Agroforestry Centre (ICRAF) SE Asia Regional Office, Bogor. 102 pp.

Andriany, A., & Fahruddin, F. (2018). Pengaruh jenis bioaktivator terhadap laju dekomposisi seresah daun jati Tectona grandis Lf, di wilayah Kampus Unhas Tamalanrea. Bioma: Jurnal Biologi Makassar, 3(2), 31-42.

Endriani, E., & Kurniawan, A. (2018). Konservasi tanah dan karbon melalui pemanfaatan biochar pada pertanaman kedelai. Jurnal ilmiah ilmu terapan universitas jambi, 2(2), 93-106.

Hamidah, N., Sinthia, C. F., & Anshori, M. I. (2023). Pengaplikasian Komposter Sampah Organik untuk Pemenuhan Kebutuhan Pupuk di Desa Palengaan Dajah Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(4), 7980-7991.

Handayanto, E., Muddarisna, N., & Fiqri, A. (2017). Pengelolaan kesuburan tanah. Universitas Brawijaya Press.

Haryati, U. (2014). Karakteristik fisik tanah kawasan budidaya sayuran dataran tinggi, hubungannya dengan strategi pengelolaan lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 8(2), 133497.

Prasetya, B., Nopriani, L. S., Hadiwijoyo, E., Hanuf, A. A., & Nurin, Y. M. (2022). Pengelolaan Bahan Organik di Lahan Pertanian. Universitas Brawijaya Press.

Sianipar, E. M., Artionang, S. P., & Sihombing, P. (2024). Peranan Bahan Organik Untuk Mitigasi Kesehatan Tanah Dalam Pertanian Modern. Jurnal Methodagro, 10(1), 43-54.

Siringoringo   HH.   2014.   Peranan   penting   pengelolaan penyerapan   karbon   dalam   tanah. Jurnal    Analisis Kebijakan Kehutanan. 11(2):175-1924.

Susanti, A., Khalil, M., & Sufardi, S. (2021). Evaluasi Cadangan Karbon Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan Kering di Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 6(2), 69-78.

Syamsiyah, J., Herdiyansyah, G., Hartati, S., Suntoro, S., Widijanto, H., Larasati, I., & Aisyah, N. (2023). Pengaruh substitusi pupuk kimia dengan pupuk organik terhadap sifat kimia dan produktivitas jagung di Alfisol Jumantono. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 10(1), 57-64.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.