Menurut Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan UGM, Silvikultur atau Budidaya Hutan adalah perpaduan antara ilmu dan seni menumbuhkan hutan. Tujuan akhir dari budidaya hutan adalah untuk menghasilkan berbagai macam hasil hutan, baik itu hasil hutan kayu dan bukan kayu. Produk yang berasal dari hutan di antaranya, kayu, madu, sumber air bersih, jasa lingkungan berupa ekowisata, penyedia oksigen dan rumah bagi satwa liar.
Sejarah perkembangan Sistem Silvikultur dan peranannya bagi perkembangan kehutanan di Indonesia terdiri dari tiga mazhab yaitu klasik, modern, dan terbaru. Demi terwujudnya hutan tanaman yang prospektif yaitu yang memiliki ekonomi tinggi, produktivitas tinggi, kualitas produk memenuhi syarat pasar, biaya produksi murah, serta lestari di zaman globalisasi seperti saat ini maka mazhab Silvikultur terbaru sangat cocok untuk diterapkan.
Latar belakang diberlakukannya mazhab silvikultur terbaru di zaman ini diantaranya tuntutan akan kebutuhan kayu yang terus meningkat, lahan hutan yang semakin terbatas akibat alih fungsi lahan, kesuburan lahan yang terus menurun, serta berkembangnya il mu seleksi pada tanaman.
Kemudian terbentuklah suatu konsep baru untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut yaitu AOG (Accelerated Optimal Growth) yang bertujuan untuk menyiapkan kebutuhan nutrisi dan persyaratan tumbuh seawal mungkin dan memonitoring status faktor lingkungan. Namun karena AOG dirasa kurang memberikan hasil yang baik maka Fakultas Kehutanan UGM menciptakan suatu konsep terobosan terbaru untuk kehutanan Indonesia yaitu Konsep SILIN (Silvikulur Intensif).
Menurut Prof. Soekotjo (2009), SILIN adalah teknik silvikultur yang berusaha untuk memadukan 3 elemen utama silvikutur, yaitu : spesies target yang dimuliakan, manipulasi lingkungan dan pengendalian hama terpadu. Pada saat ini untuk memperoleh spesies target saja masih diperlukan kajian apalagi spesies target yang telah dimuliakan. Namun tidak perlu harus menunggu hasil penelitian karena diperlukan waktu panjang, minimal 15 tahun, tetapi dapat dilakukan secara simultan. Manipulasi lingkungan utamanya adalah sinar matahari yang optimal dan kesuburan tanah. Sinar matahari dibatasi oleh keinginan agar tanaman tumbuh subur dan persyaratan sertifikasi yang membatasi agar maksimum pembukaan tajuk 5%. Pengendalian hama terpadu dirancang agar masih terjadi keseimbangan antara hama dan predatornya.
Penulis: Akbar Zhafran A.
Editor: Fiqih Pranata, S.Hut
Sumber :
http://silvikultur.fkt.ugm.ac.id/ diakses Minggu, 29 Juli 2018 pukul 09.12
https://foresteract.com/silvikultur/ diakses Minggu, 29 Juli 2018 pukul 9.15
http://www.stockistnasajogja.com/2011/09/budidaya-tanaman-akasia.html diakses Minggu, 29 Juli 2018 pukul 11.02
Soekotjo. 2009. TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF : Mewujukan hutan sehat, prospektif, dan lestari, sehingga berfungsi optimal untuk mencukui kebutuhan manusia berupa materi, lingkungan yang sehat dan sarana untuk menciptakan wirausaha baru, menyerap tenaga kerja dan sarana untuk melakukan program link dan match dalam bidang ilmu pengetahuan alam, pertanian dan sumberdaya alam. Dies Natalis ke-60 Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta