Dewadaru (Mesua ferrea L.) merupakan pohon dari keluarga manggis manggisan yang memiliki ukuran sedang sampai cukup besar yakni tinggi hingga 35m dan diameter mencapai 95cm pada pohon dewasa. Pohon yang juga dikenal sebagai pohon Nagasari ini memiliki habitat asal di hutan tropis dataran rendah khususnya di negara Asia seperti India, Thailand,Srilanka,Malaysia,Filipina, dan tentu saja Indonesia, dikenal juga dengan nama Ceylon Ironwood, Cobra’s Saffron, Indian Rose Chestnut, Mesua. Pohon Nagasari memiliki ciri ciri morfologi sebagai berikut, Daunya memanjang dan mengkilat, dengan daun muda berwarna merah muda kekuningan dan lunglai sebagai ciri khas.
Dewadaru yang memiliki arti anugerah dari dewa ini di Indonesia mempunyai posisi khusus dalam kebudayaan masyarakat. Masyarakat memiliki kepercayaan bahwa pohon tersebut dapat menolak kesialan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat, bahkan terdapat pohon yang dikeramatkan di Pulau Karimun jawa. Ternyata memang benar bahwa pohon ini dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat karena menurut penelitian ditemukan bahwa pohon nagasari/dewadaru ini memiliki kandungan antioxidan dan antibacterial yang dapat membantu mengeringkan luka(Manjunatha dkk,2013). Bahkan digunakan sebagia obat tradisional oleh beberapa negara sejak jaman dahulu seperti India,Malaysia, dan Thailand (Asif dkk,2017). Bunga yang telah dikeringkan bahkan dapat membantu menyembuhkan radang perut, disentri, batuk berdahak, daunya juga dapat digunakan untuk menagani gigitan ular dan sengatan kalajengking. Selain dalam hal pengobatan biji dari pohon ini memiliki kandungan protein kasar yang dapat dicerna sebesar 18,5% dan 87,3% Nitrogen yang dapat dicerna.Pohon ini juga memiliki asosiasi dengan Endomikoriza yang dapat mengikat nitrogen sehingga menyuburkan tanah.Pohon Nagasari memiliki siklus pembungaan pada musim kering, bunga biseksusal dari pohon nagasari biasanya mekar yakni antara jam 3-4 dini hari dan akan berakhir pada sore menjelang matahari terbenam. Daun daun muda dari pohon nagasari biasanya akan tumbuh setelah musim pembungaan pada awal awal musim hujan. Buah dari pohon nagasari berjenis kapsul dengan 4 biji didalmnya.
Di indonesia sendiri pohon ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal, masyarakat masih memanfaatkan sebatas hasil kerajinan tangan seperti tongkat, gelang, kalung yang sebagian besar digunakan sebagai ‘jimat”. Memang, dengan nama yang ia sandang sebagai pohon keramat dan kearifan lokal pada masyarakat Indonesia keberadaan pohon ini cukup terjaga di beberapa daerah, namun alangkah baiknya jika postensi yang ada di pohon nagasari di optimalkan lagi mengingat masih kurangnya penelitian dan tindakan nyata dalam mengelola dan memanfaatkan pohon ngasari dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap kearifan lokal yang ada.
Penulis : Widya
Referensi :
Asif ,Muhammad , Seyedeh Fatemeh Jafari , Zafar Iqbal , Vageesh Revadigar , Chern Ein Oon , Aman Shah Abdul Majid , Amin Malik Shah Abdul Majid. 2017. Ethnobotanical and Phytopharmacological attributes of Mesua ferrea: A mini review. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 7 (04)
Dr.Manjunatha B.K , Syed Murthuza , Divakara R, M. Archana, R. J. Sarvani, Steffina Varghese, Kusum Paul . 2013. Antioxidant and Anti-Inflammatory Potency of Mesua Ferrea Linn. Indian Journal of Applied Research. Volume : 3 | Issue : 8
http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Mesua_ferrea.PDF