Manipulasi Lingkungan Shorea balangeran pada Lahan Gambut

Shorea balangeran atau penduduk lokal menamainya balangeran, blangir, kahoi, atau kawi, merupakan spesies pohon dari famili Dipterocarpaceae. Shorea balangeran tersebar dari mulai Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah (Martawijaya et al., 1989).  Balangeran dapat tumbuh mencapai 20 – 25 meter dengan tinggi batang bebas cabang mencapai 15 meter. Kayu dari pohon ini tergolong kelas kuat II dengan berat jenis 0,86, sehingga sangat cocok untuk kegunaan bahan bangunan (Martawijaya et al., 1989). Hasil beberapa penelitian menunjukkan senyawa fitokimia pada kulit kayu Shorea balangeran berfungsi sebagai antioksidan (Wardani dan Susilo, 2016).

Habitat dari Shorea balangeran berada pada hutan rawa gambut, sehingga prospektif ditanam dalam rangka rehabilitasi gambut atau pembangunan hutan produksi kayu pertukangan (Santosa dan Supriyo, 2012). Sayangnya keberadaan spesies ini terancam punah (Sinaga et al., 2018). IUCN (2014) dalam Wardani dan Susilo (2016), mengkategorikan Shorea balangeran sebagai spesies langka yang beresiko punah dalam waktu dekat. Salah satu upaya konservasi Shorea balangeran adalah melalui pemanfaatan sebagai jenis terpilih untuk rehabilitasi lahan gambut.

Balangeran dikenal sebagai jenis pioneer yang mampu membentuk kondisi awal untuk lahan gambut yang terdegradasi karena kemampuan adaptasinya yang baik. Santosa dan Supriyo (2012), menjelaskan bahwa dalam penanaman balangeran diperlukan teknik silvikultur yang sesuai, sehingga persen hidupnya dapat tinggi. Teknik yang digunakan, yaitu dengan melakukan manipulasi lingkungan berupa pembentukan guludan pada setiap semai yang ditanam.  Guludan yang dibuat disesuaikan dengan tinggi maksimal air saat puncak musim penghujan agar bibit tidak tenggelam dan kedalaman maksimal air saat puncak musim kemarau agar perakaran bibit masih dapat menjangkau air. Guludan akan menciptakan kondisi yang sesuai untuk dekomposisi seresah melalui suplai oksigen yang cukup. Kemampuan dekomposisi seresah yang baik mampu menyuplai cukup hara untuk pertumbuhan balangeran. Selain itu, guludan juga membantu pencengkraman akar tanaman dan menekan pertumbuhan gulma. Berdasarkan upaya manipulasi lingkungan tersebut, diharapkan bibit dapat tumbuh dengan optimal.

Gambar: http://www.asianplant.net/Dipterocarpaceae/Shorea_blangeran.jpg

 

Daftar Pustaka

Martawijaya, A., I. Kartasujana., K. Kadir., dan S. A. Prawira. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. P. 20 – 24.

Santosa, B dan H. Surpriyo. 2012. Budidaya Shorea balangeran di Lahan Gambut: Kondisi Lingkungan Tempat Tumbuh Balangeran (Shorea balangeran) di Hutan Rawa Gambut. Banjarbaru: Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru.

Sinaga, E. R., J. M. Rotinsulu., P. E. Putir. 2018. Peningkatan Pertumbuhan Shorea balangeran Korth. Di Hutan Kampus Universitas Palangkaraya. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan, 2(2): 155 – 164.

Wardani, M. dan A. Susilo. 2016. Deskripsi Tempat Tumbuh, Keragaman Morfologi, dan Kandungan Senyawa Fitokimia Shorea balangeran Burck di Hutan Bangka Belitung. Buletin Plasma Nutfah, 22(2): 81 – 92.

Oleh: Andhika Reforma Putra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.