Pengaruh Cahaya Terhadap Proses Fotosintesis

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu fakrot internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari kualitas genetik, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar atau lingkungan sekitar. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah cahaya. Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta pembungaan, pembukaan dan penutupan stomata, serta perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Sifat cahaya matahari yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari) (Susilawati dkk., 2016). read more

Baca Selengkapnya

Manipulasi Lingkungan Shorea balangeran pada Lahan Gambut

Shorea balangeran atau penduduk lokal menamainya balangeran, blangir, kahoi, atau kawi, merupakan spesies pohon dari famili Dipterocarpaceae. Shorea balangeran tersebar dari mulai Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah (Martawijaya et al., 1989).  Balangeran dapat tumbuh mencapai 20 – 25 meter dengan tinggi batang bebas cabang mencapai 15 meter. Kayu dari pohon ini tergolong kelas kuat II dengan berat jenis 0,86, sehingga sangat cocok untuk kegunaan bahan bangunan (Martawijaya et al., 1989). Hasil beberapa penelitian menunjukkan senyawa fitokimia pada kulit kayu Shorea balangeran berfungsi sebagai antioksidan (Wardani dan Susilo, 2016). read more

Baca Selengkapnya

Serangan (Hyblaea puera) yang Merugikan

Telah kita ketahui, bahwa salah satu serangga yang dianggap sebagai hama ialah ulat. Hal ini karena ulat biasa menyerang tanaman terkhusus daunnya, serta memiliki siklus hidup singkat sehingga menyebabkan perkembangbiakannya sangat pesat. Akibat dari serangan ulat tersebut, banyak pohon yang terganggu proses fisiologis, khususnya fotosintesis karena banyak dedaunan rusak setelah dimakan ulat.

Salah satu ulat yang banyak ditemui ialah ulat Hyblaea puera. Ulat Hyblaea puera Cr. adalah serangga yang memakan daun Jati hingga habis (Husaeni, 1997). Serangan ulat jenis ini terjadi saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan. Ulat Hyblaea puera Cr. akan memakan daun jati hingga menyisakan tulang daun primernya saja. Ulat ini juga ditemukan pada daun jati yang menggulung. Berdasarkan hasil penelitian Umarela dan Karepseina (2011), menyebutkan bahwa ulat Hyblaea puera Cr akan memakan seluruh jaringan daun, dari bagian yang lunak hingga menyisakan urat dan tulang daunnya saja. read more

Baca Selengkapnya

Program Rehabilitasi Mangrove

Hutan mangrove memiliki beragam manfaat baik dalam aspek ekologi, aspek fisik, maupun aspek sosial kemasyarakatan. Peranan hutan mangrove sebagai suatu ekosistem antara lain sebagai pelindung garis pantai, penggumpal lumpur, pembentuk lahan, habitat alami berbagai flora dan fauna, daerah asuhan beberapa binatang akuatik, serta sebagai sumber pendapatan manusia seperti tambak ikan, garam, dan kegiatan pertambangan (Budiman dan Suhardjono, 1992).

Meningkatnya kegiatan pemanfaatan dengan cara yang salah sehingga merusak mangrove mengakibatkan degradasi dan penurunan luasan mangrove sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan kondisi maupun pemeliharaan ekosistem mangrove. Salah satu upaya perbaikan dapat dilakukan dengan program rehabilitasi ekosistem mangrove. Rehabilitasi terdiri dari berbagai macam kegiatan, termasuk kegiatan restorasi dan penciptaan kembali habitat baru dari sistem yang telah menurun fungsinya menjadi stabil (Stevenson et al., 1999). Program rehabilitasi telah banyak dilakukan baik oleh dinas terkait maupun lembaga sosial masyarakat yang didukung oleh masayarakat sekitar. Namun, sayangnya program rehabilitasi mangrove seringkali hanya dilakukan dengan kegiatan penanaman kembali bibit mangrove tanpa monitoring ataupun evaluasi (Field, 1996). read more

Baca Selengkapnya

Embun Tepung

sumber: Ilmubudidaya.com

Penyakit embun tepung pada tanaman sering terjadi ketika musim pertunasan, ditandai dengan adanya lapisan tepung putih pada bagian atas daun, hal ini dapat menyebabkan daun mengalami malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur). Gejala yang ditimbulkan merupakan gejala nekrosis seperti daun berkerut dan daun berubah warna menjadi kuning hingga kecoklatan. Tanda yang ditunjukkan pada tanaman yang terserang embun tepung yaitu adanya bercak putih pada daun dan batang.

Fase kritis serangan serangan embun tepung terjadi pada periode pertunasan, khususnya pada daun muda yang sedang tumbuh dan buah muda. Kumpulan tepung putih pada daun, tunas, dan buah muda merupakan masa konidia jamur Oidium tingitanium yang menyerang bagian daun menyebabkan serangan patogen jamur ini lebih dikenal dengan nama penyakit embun tepung (Sumartini dan Mudji , 2017). Penyakit ini dapat terjadi pada varietas yang rentan, adanya sumber patogen di sekitar kebun, dan musim kemarau yang lembab. Suhu tinggi dalam beberapa jam yang kemudian terjadi hujan, akan memicu perkecambahan konidia jamur yang berada di atas permukaan daun. Kemudian penetrasi akan terjadi dalam beberapa jam setelah perkecambahan konidia. read more

Baca Selengkapnya

Pohon Kayu Putih (Melaleuca cajuputi)

source : krcibodas.lipi.go.id

Kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi) secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Myrtales, famili Myrtaceae, genus Melaleuca, dan spesies Melaleuca cajuputi, Sub spesies Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi (Craven dan Barlow, 1997). Tanaman ini merupakan salah satu jenis penghasil minyak atsiri yang cukup menjanjikan. Kebutuhan kayu putih di Indonesia yang mencapai angka 1500 ton per tahun baru dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri kurang lebih 500 ton per tahun. Angka tersebut sangat jauh dari permintaan kebutuhan kayu putih di dalam negeri, sehingga saat ini kayu putih terus dibudidayakan secara komersial agar kebutuhan industri dapat terpenuhi  (Kartikawati dkk., 2014). read more

Baca Selengkapnya

Agroforestri Jagung dan Kedelai Hitam di Gunungkidul

c.mi.com/thread-393104-1-0.html

Gambar 1. Agroforestry Kayu Putih

Persoalan terkait agroforestri menjadi topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Sering menjadi pertanyaan apakah agroforestri telah menerapkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial serta keterbatasan lahan dan alih fungsi lahan yang sangat merugikan bagi lingkungan. Lahan yang terbatas di Gunungkidul menjadi tantangan tersendiri bagi pesanggem yang harus memanfaatkan keterbatasan lahan seoptimal mungkin. Masalah keterbatasan lahan ini dapat diselesaikan salah satunya dengan agroforestri. Sistem agroforestri kayu putih di Gunung kidul mengkombinasikan tegakan kayu putih dengan komoditi pertanian berupa jagung dan kedelai hitam. Menurut Nasution (2004) jagung dan kedelai termasuk tanaman pokok dalam menyangga ketahanan pangan nasional, sehingga harus dioptimalkan dalam produksinya (Elonard, 2015) read more

Baca Selengkapnya

Mamar sebagai Model Hutan Rakyat di Timor Barat dalam Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis

www.commons.wikimedia.org

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan adalah salah satu usaha untuk memperbaiki kondisi hutan yang mengalami degradasi. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai cara yang efektif karena dengan menanami lahan-lahan yang tidak produktif akan mengembalikan fungsi dan produktifitas hutan (Wahid, 2008). Arah kebijakan dalam kegiatan pengelolaan hutan dan kehutanan saat ini adalah rehabilitasi lahan terdegradasi dan konservasi sumberdaya hayati dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam setiap kegiatannya. Hal ini disebabkan oleh laju peningkatan lahan kritis yang cukup tinggi (Gerson dkk., 2008). read more

Baca Selengkapnya

Agroforestri dalam Meningkatkan Produktivitas Tanah

Produktivitas tanah di Indonesia masih relatif rendah akibat tingginya intensitas hujan (>2.500 mm/tahun). Hal ini menyebabkan sebagian lahan ditinggalkan oleh penggarapnya sehingga lahan ditumbuhi alang-alang dan semak. Oleh karena itu, dengan adanya sistem agroforestri diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas tanah. Selain itu, sistem agroforestri juga mampu menekan populasi gulma (Suryani, 2012).

Sumber: forda-mof.org

Gambar 1. Sistem Sloping Agricultural Land Technology (SALT) read more

Baca Selengkapnya

Manfaat Tanaman Legum untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Sumber : https://pdfslide.net/documents/pembentukan-simbiosis-antara-rhizobium-dan legume.html

Gambar 1. a. Foto bintil akar pada akar tanaman legum; b. Tanaman legum yang sudah mengisi daerah yang telah di rehabilitasi.

Rehabilitas hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (PP No.76 tahun 2008). Permasalahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan membutuhkan peran bersama dalam mengatasinya. Salah satu upaya pengembalian fungsi lahan bekas tambang yaitu dengan pertanaman jenis legum. read more

Baca Selengkapnya